Pengertian filsafat



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Filsafat/filosofi berasal dari kata Yunani yaitu philos (suka) dan sophia (kebijaksanaan), yang diturunkan dari kata kerja filosoftein, yang berarti : mencintai kebijaksanaan, tetapi arti kata ini belum menampakkan arti filsafat sendiri karena “mencintai” masih dapat dilakukan secara pasif. Pada hal dalam pengertian filosoftein terkandung sifat yang aktif.[1]
Filsafat adalah pandangan tentang dunia dan alam yang dinyatakan secara teori. Filsafat adalah suatu ilmu atau metode berfikir untuk memecahkan gejala-gejala alam dan masyarakat. Namun filsafat bukanlah suatu dogma atau suatu kepercayaan yang membuta. Filsafat mempersoalkan soal-soal: etika/moral, estetika/seni, sosial dan politik, epistemology/tentang asal pengetahuan, ontology/tentang manusia, dll.
Menetapkan suatu definisi nampaknya sulit untuk dilakukan. kenapa? Persoalannya bukan terletak pada soal bagaimana untuk mengemukakan definisi itu, melainkan soal mengerti atau tidaknya orang menerima definisi tersebut. Ini adalah persoalan yang tidak bias dianggap sepele. Demikian juga filsafat, sulit sekali untuk memberikan suatu batasanyang benar(pasti) tentang katqa filsafat. Buktinya para filsuf selalu berbeda-beda dalam medefinisikan filsafat.
Layaknya seperti ilmu pengetahuan, filsafat  juga mempunyai metode yang digunakan untuk memecahkan problema-problema filsafat. Selain itu filsafat juga mempunyai obyek dan sistematika/struktur. Tidak kalah pentingnya dengan cabang ilmu pengetahua, filsafat juga mempunyai manfaat dalam mempelajarinya.









BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Filsafat
Secara etimologis, filsafat diambil dari bahasa Arab, falsafah-berasal dari bahasa Yunani, Philosophia, kata majemuk yang berasal dari kata Philos yang artinya cinta atau suka, dan kata Sophia yang artinya bijaksana. Dengan demikian secara etimologis, filsafat memberikan pengertian cinta kebijaksanaan.
Secara terminologis, filsafat mempunyai arti yang bermacam-macam, sebanyak orang yang memberikan pengertian. Berikut ini dikemukakan beberapa definisi tersebut :
1.      Plato (477 SM-347 SM). Ia seorang filsuf Yunani terkenal, gurunya Aristoteles, ia sendiri berguru kepada Socrates. Ia mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada, ilmu yang berminat untuk mencapai kebenaran yang asli.
2.      Aristoteles (381SM-322SM), mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu; metafisika, logika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
3.      Marcus Tulius Cicero (106SM-43SM), seorang politikus dan ahli pidato Romawi merumuskan filsafat sebagai pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk mencapainya.
4.      Al-Farabi (wafat 950M), seorang filsuf muslim mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.[2]
 Jadi, filsafat ialah daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami secara radikal dan integral serta sistematik mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia.

B.     Objek Materi Filsafat dan Objek Formal Filsafat
1.      Objek Materi Filsafat
Adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada yang meliputi segala sesuatu yang konkrit seperti manusia,benda,binatang,dan lain-lain maupun yang bersifat abstrak. Tentang objek materi ini banyak yang sama dengan objek materi sains, bedanya ialah dalam dua hal pertama: sains menyelidiki hal yang empiris, filsafat menyelidiki objek itu juga tetapi bukan bagian yang empiris melainkan bagian yabg abstrak. Kedua:ada objek materi filsafat yang tidak diteliti oleh sains seperti Tuhan,hari akhir, yaitu objek materi yang untuk selama-lamanya tida empiris jadi objek materi filsafat lebih luas dari objek materi sains.[3]
2.      Objek Formal Filsafat
Cara memandang seorang peneliti terhadap objek materi tertentu. Suatu objek materi tertentu dapat ditinjau dari berbagai macam sudut pandang yang berbeda, yang mana objek formal filsafat ialah penyelidikan yang mendalam artinya ingin taunya filsafat ingin tau bagian dalamnya. Kata mendalam artinya ingin tahu tentang objek yang tidak empiris. Penyelidikan sains tidak mendalam karea ia hanya ingin tau sampai batas objek itu dapat diteliti secara empiris.sedangkan objek penelitian filsafat adalah pada daerah tidak dapat diriset tetapi dapat dipilarkan secara logis jadi sains menyelidiki dengan riset sedangkan filsafat menyelidiki dengan pemikiran.[4]

C.    Ciri-Ciri Pemikiran Filsafat
Semua manusia hidup yang normal senantiasa ditandai dengan kegiatan yang khas yaitu berfikir.kegiatan berfikir inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lain,namun tiidak semua kegiatan berfikir disebut dengan kegiatan berfilsafat.demikian juga kegiatan secara kefilsafatan bukan hanya merenung atau kontenplasi belakang yang tdak ada sangkut mautnya dengan realitas,namun berfikir secara kefilsafatan senantiasa berkaitan dengan masalah manusia dan bersifat aktual dan hakiki.[5]
Maka suatu kegiatan berfikir secara kefilsafatan pada hakikinya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.      Berfikir kritis
Suatu kegiatan berfikir secara kefilsafatan senantiasa bersifat kritis yaitu senantiasa mempertannyakaan segala sesuatu,problem-problem, atau hal-hal yang lain.sifat kritis ini juga mengawali perkembanggan ilmu pengetahuan modern.


2.      Bersifat konseptual
Berfikir secara konseptual. Yaitu mengenai hasil generalisasi dan abstraksi dari pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses individual. Berfikir secara kefilsafatan tidak bersangkutan dengan pemikiran terhadap perbuatan-perbuatanbebas yang dilakukan oleh orang-orang tertentu sebagaimana yang biasa dipelajari oleh seorang psikolog, melainkan bersangkutan dengan pemikiran.
3.      Kohereh (runtun)
Berfikir secara koheren dan konsisten. Artinya, berfikir sesuai dengan kaidah-kaidah berfikir dan tidak mengandung kontradiksi atau dapat pula diartikan dengan berfikir secara runtut.
4.      Bersifat menyeluruh (komprehensif)
Berfikir secara komprehensif (menyeluruh). Berfikir secara filsafat berusaha untuk menjelaskan alam semesta secara keseluruhan
5.      Bersifat universal
Berfikir secara universal atau umum. Berfikir secara umum adalah berfikir tentang hal-hal serta suatu proses yang bersifat umum. Jalan yang dituju oleh seorang filsuf adalah keumuman yang diperoleh dari hal-hal yang bersifat khusus yang ada dalam kenyataan.
6.      Bersifat terdalam
Berfikir secara universal atau umum. Berfikir secara umum adalah berfikir tentang hal-hal serta suatu proses yang bersifat umum. Jalan yang dituju oleh seorang filsuf adalah keumuman yang diperoleh dari hal-hal yang bersifat khusus yang ada dalam kenyataan.
7.      Bersifat sistematis
Sistematik artinya pendapat yang merupakan uraian kefilsafatan itu harus saling berhubungan secara teratur dan terkandung adanya maksud atau tujuan tertentu
8.      Bertanggungjawab
Bertanggungjawab artinya seseorang yang berfilsafat adalah orang yang berpikir sekaligus bertanggungjawab terhadap hasil pemikirannya, paling tidak terhadap hati nuraninya sendiri.[6]

D.    Cabang-Cabang Filsafat
Dalam studi filsafat untuk memahaminya secara baik kita harus mempelajari ccabang-cabang filsafat :
1.      Metafisika
Metafisika berasal dari bahasa yunani meta ta phisika yang berarti hal-hal yang berada sesuda fisika istilah tersebut dapat didefinisikan sebagai ilmu tentangsegala sesuatu secara mendalam atau sifat yang terdalam dari suatu kenyataan .dibandingkan dengan ilmu fisika yaitu yang mempelajari gejala-gejala fisik ilmu biologi yang mempelajari fisis dan makhluk hidup. Maka metafisika mempelajari dan membahas tentang keberadaan segala sesuat benda fisis dari segi hakikatnya yang terdalam  yang memuat suatu bagian dari prsoalan dari filsafat yang:
a.       Membicarakan tentang prnsip-prinsip yang paling universal
b.      Membicarakan sesuatu yang bersifat keluarbiasaan
c.       Membicarakan persoalan-persoalan seperti: hubungan akal dengan benda,hakikat perubahan,pengertian tentang kemerdekaan,wujud tuhan,kehidupan setelah mati dan lain-lain.[7]
2.      Epistemologi
Epistermologi berasal dari bahasa yunani epistermo (pengetahuan) secara umum epistermologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang sumber-sumber,karakteristik dan kebenaran pengetahuan temtang 3 persoalan pokok dalam epistermologi yaitu:
a.       Problem asal pengetahuan (orgin)
Apakah sumber-sumber pengetahuan?dari manakah pengetahuan yang benar itu datang?
b.      Problem penampilan (appearance)
Apakah yang menjadi karakteristik dari pengetahuan ? apakah dunia yag riil di luar akal dan kalau ada dapatkah kita mengetahuinya?
c.       Problem mencoba kebenaran (virification)
Apakah pengetahuan itu benar? bagaimana kita membedakan antara kebenaran dan kekeliruan?[8]

3.      Logika
Adalah bidang ilmu pengetahuan yang mempelajari segenap asa,aturan dan tata cara penalaran yang benar.pada mulanya logika sebagai pengetahuan rasional.logika pada hakikatnya mempelajari teknik-teknik untuk memperoleh kesimpulan dari suatu bahan-bahan tertentu.oleh Aristoteles logika disebutnya sebagai analitik yang kemudian dikembangkan oleh para ahli abad tengah yang disebut logika tradisional.mulai abad ke-19 George Boole logika tradisional dikembangkan menjadi logika moderen ,sehingga dewasa ini logika menjadi bidang pengetahuan yang amat luas yang tidak lagi-lagi semata bersifat falsafati tetapi bercorak teknis dan ilmiah.[9]
4.      Etika
Etika/prilaku filsafat sebagai suatu cabang filsafat yang membicarakan tindakan manusia dengan penekan baik dan buruk.terdapat dua permasalahan, yaitu yang menyangkut tindakan dan baik-buruk.apabila permasalahan jatuhh pada tindakan maka etika disebut sebagai “filsafat praktis” sedangkan jatuh pada baik-buruk maka etika disebut “filsafat normatif”.[10]
Dalam pemahaman etika sebagai pengetahuan mengenai baik-buruk dalam tindkan mempunyai persoalan yang luas.sejalan dengan ini etika berbeda dengan agama yang didalamnya juga memuat dan memberikan norma baik-buruk dalam tindakan manusia.karena etika mengandalkan pada rasio semata yang lepas dari sumber wahyu agama yang dijadikan sumber norma ilahi dan etika lebih cenderung bersifat analitis dari pada praktis.sehingga etika adalah ilmu yang berkerja secara rasional.
5.      Metodologi
Metodologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang metode terutama dalam kaitannya dengan metode ilmiah. Hal ini sangat  penting dalam ilmu pengetahuan terutama dalam proses pengembangannya.misalmnya metode ilmiah dalam ilmu sejarah,dalam ilmu sosiologi,dalam ilmu ekonomi dan lain sebagainya.




6.      Estetika
Estetika adalah cabang filsafat yang membahas tentang keindahan estetika.kata estetika berasal dari bahasa yunani aesthetikaos yang artinya bertalian dengan pencerapan (pengginderaan) .[11]

E.     Metode-Metode Filsafat
Metode yang digunakan memecahkan problem-problem filsafat, berbeda dengan metode yang digunakan untuk mempelajari filsafat. Ada tiga macam metode untuk mempelajari filsafat, diantaranya:
1.      Metode Sistematis
Metode ini bertujuan agar perhatian pelajar/ mahasiswa terpusat pada isi filsafat, bukan pada tokoh atau pada metode.
Misalnya, mula-mula pelajar atau mahasiswa menghadapi teori pengetahuan yang berdiri atas beberapa cabang filsafat. Setelah itu mempelajari teori hakikat, teori nilai atau filsafat nilai. Pembagian besar ini dibagi lebih khusus dalam sistematika filsafat untuk membahas setiap cabang atau subcabang itu, aliran-aliran akan terbahas.
2.      Metode Histories
 Metode ini digunakan untuk mempelajari filsafat dengan cara mengikuti sejarahnya dapat dibicarakan dengan demi tokoh menurut kedudukannya dalam sejarah. Misal dimulai dari pembicarakan filsafat thales, membicarakan riwayat hidupnya, pokok ajarannya, baik dalam teori pengetahuan, teori hakikat,  maupun dalam teori nilai. Lantas dilanjutkan dalam membicarakan Anaxr mandios Socrates, lalu Rousseau Kant dan seterusnya sampai tokoh-tokoh kontemporer.
3.      Metode Kritis
Metode ini digunakan oleh orang-orang yang mempelajari filsafat tingkat intensif. Sebaiknya metode ini digunakan pada tingkat sarjana.
Disini pengajaran filsafat dapat mengambil pendekatan sistematis ataupun histories. Langkah pertama ialah memahami isi ajaran, kemudian pelajar mencoba mengajukan kritikannya, kritik itu mungkin dalam bentuk menentang. Dapat juga berupa dukungan. Ia mungkin mengkritik mendapatkan pendapatnya sendiri ataupun menggunakan pendapat filusuf lain.  Jadi, jadi jelas tatkala memulai pelajaran amat diperlukan dalam belajar filsafat dengan metode ini.[12]

F.     Kedudukan Ilmu, Filsafat, dan Agama
Ilmu, filsafat dan agama mempunyai hubungan yang terkait dan rekletif deengan manusia,dikatakan terkait karena ketiganya tidak dapat bergerak dan berkembang apabila tidak ada tigal alat dan tenaga utama yang berada didalam diri manusia.tiga alat dan tenaga utama manusia adalah akal pikiran,rasa, dan keyakinan.sehingga dengan tiga hal terebut manusia dapat mencapai kebahagiaan bagi dirinya.[13]
1.      Filsafat dan ilmu pengetahuan
Dalam memahami pengertian filsafat dan perbedaannya  dengan ilmu pengetahuan yang lainnya.ilmu mendasarkan pada akal pikiran lewat pengalaman dan indra dan filsafat mendasarkan pada otoritas akal murni secara bebas terhadap kenyataan dan pengalaman terutama dikaitkan dengan kehidupan manusia.[14]terdapat suatu perbedaan yang prinsipal diantara filsafat dengan ilmu pengetahuan yang lainnya.ilmu filsafat bersifat refleksif yaitu membahas dan mempertanyakan objek termasuk filsafat adapun ilmu lainnya hanya membahas objek ilmu tersebut  namun tidak pernah mempertannyakan dirinya sendiri.maka terdapat perbedaan dan persamaan antara filsafat dan ilmu pengetahuan antara lain:
a.       Persamaan
1)      Baik ilmu maupun filsafat keduanya merupakan pengetahuan manusia
2)      Baik ilmu maupun filsafat keduannya berpangkal pada akal manusia untuk mencapai suatu kebenaran
3)      Filsafat sebagai suatu ilmu (yaitu ilmu filsafat) dengan ilmu pengetahuan keduannya ini syarat ilmiah yaitu memiliki objek,metode,sistematis serta memiliki kriteria kebenaran
4)      Baik ilmu maupun filsafat keduannya merupakan suatu sistem pengetahuan manusia yang bersifat rasional dan sistematis


b.      Perbedaan
1)      Filsafat merupakan induk ilmu pengetahuan.maka perkembangan dan pertumbuhan ilmu pengetahuan sangat ditentukan oleh filsafat,prinsip metodenya.adapun ilmu tidak membahas tentang prinsipmetode.
2)      Filsafat bersifat reflektif yaitu mempertannyakan dan membahas tentang objek termasuk filsafat itu sendiri adapun ilmu pengetahuan tidak bersifat refleksif.
3)      Filsafat membahas segala sesuatu secara menyeluruh dan universal sedangkan ilmu hanya membahas pada gejala-gejala yang sangat khusus dan dari sudut pandangnya yang khusus pula.
4)      Ilmu hanya menjelaskan fakta terutama fakta empiris sedangkan filsafat memahami,menginteprestasikan, dan menafsirkan fakta secara rasional.[15]
2.      Filsafat dan Agama
Filsafat mendasarkan pada otoritas akal murni secara bebas dalam penyelidikan terhadap kenyataan dan pengalaman terutama dikaitkan dengan kehidupan manusia sedangkan agama mendasarkan pada wahyu.
Menurut Prof. Nasroen,S.H. mengemukakan bahwa filsafat yang sejati haruslah berdasarkan pada agama.apabila filsafat tidak berdasarkan pada agama dan filsafat hanya semata-mata berdasarkan atas akal pikiran saja.maka filsafat tersebut tidak akan memuat kebenaran objektif karena yang memberikan penerangan dan putusan adalah akal pikiran.sedangkan kesanggupan akal pikiran terbatas,sehingga filsafat yang hanya berdasarkan pada akal pikiran semata-mata akan tidak sanggup memberi kepuasan bagi manusia,terutama dalam rangka pemahamannya terhadap yang ghaib. maka dari itu dapatlah dipahami hubungan dan perbedaan antara filsafat dan agama sebagai berikut:
a.       Filsafat merupakan  suatu usaha manusia untuk mendapatkan suatu kebenaran yang hakiki, melalui akal budinya dengan segala kemampuan batiniyah,baik yang menyangkut hal-hal bersifat fasis maupun nonfisis, baik yang menyangkut manusia maupun alam semesta dengan segala permasalahannya.
b.      Filsafat dengan persamaan tersebut terdapat suatu perbedaan yaitu filsafat berpangkat tolak pada akal budi beserta seluruh potensi batiniyah manusia adapun agama kebenarannya bersumber pada wahyu Tuhan adapun manusia hanya menerima dengan suatu iman dan ketaqwaan.
c.       Filsafat bersifat rasional,komprehensif, dan sistematis yang terbatas pada kebenaran secara akal budi manusia.adapun agama tidak dapat dikenakan sistem kebenaran yang mengunakan hukum-hukum akal manusia.maka agama hanya mampu dipahami dengan hanya hukum tuhan.[16]

G.    Beberapa Kegunaan Mempelajari Filsafat
1.      Dengan belajar filsafat diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan, karena dengan bertambahnya ilmu pengetahuan akan bertambah pula cakrawala pendang yng semakin luas . sehingga dapat mebantu penyelesaian masalah yang akan kita hadapi dengan cara yang lebih bijaksana.
2.      Agar terlatih berfikir serius,agar mampu memahami filsafat
3.      Dasar dari semua tindakan adalah ide.sesungguhnya filsafat didalamnya memuat ide-ide yang fundemental. Ide-ide itulah yang akan membawa manusia kearah suatu kemampuan untk merentang kesadarannya dalam segala tindakannya.[17]

H.    Sejarah Kelahiran Filsafat
1.      Masa Yunani
Yunani terletak di Asia Kecil. Kehidupan penduduknya sebagai nelayan dan pedagang, sebab sebagian besar penduduknya tinggal di daerah pantai, sehingga mereka dapat menguasai jalur perdagangan di Laut Tengah. Kebiasaan mereka hidup di alam bebas sebagai nelayan itulah mewarnai kepercayaan yang dianutnya, yaitu berdasarkan kekuatan alam, sehingga beranggapan bahwa hubungan manusia dengan Sang Maha Pencipta bersifat formalitas. Artinya kedudukan Tuhan terpisah dengan kehidupan manusia.
Kepercayaan yang bersifat formalitas (natural religion) tidak memberikan kebebasan kepada manusia, ini ditentang oelh Homerus dengan dua buah karyanya yang terkenal, yaitu Ilias dan Odyseus. Kedua karya Homerus itu memuat nilai-nilai yang tinggi dan bersifat edukatif. Sedemikian besar peranan karya Homerus, sama kedudukannya seperti wayang purwa di Jawa. Akibatnya masyarakat lebih kritis dan rasional.
Pada abad ke-6 SM, bermunculan para pemikir yang berkepercayaan sangat bersifat rasional (cultural religion) menimbulkan pergeseran. Tuhan tidak lagi terpisah dengan manusia, melainkan justru menyatu dengan kehidupan manusia. Sistem kepercayaan yang natural religius berubah menjadi sistem cultural religius.
Dalam sistem kepercayaan natural religius ini manusia terikat oleh tradisionalisme. Sedangkan dalam sistem kepercayaan kultural religius ini memungkinkan manusia mengembangkan potensi dan budayanya dengan bebas, sekaligus dapat mengembangkan pemikirannya untuk menghadapai dan memecahkan berbagai kehidupan alam dengan akal pikiran.
Ahli pikir pertama kali yang muncul adalah Thales (625 – 545 SM) yang berhasil mengembangkan geometri dan matematika. Likipos dan Democritos mengembangkan teori materi, Hipocrates mengembangkan ilmu kedokteran, Euclid mengembangkan geometri edukatif, Socrates mengembangkan teori tentang moral, Plato mengembangkan teori tentang ide, Aristoteles mengembang teori tentang dunia dan benda serta berhasil mengumpulkan data 500 jenis binatang (ilmu biologi). Suatu keberhasilan yang luar biasa dari Aristoteles adalah menemukan sistem pengaturan pemikiran (logika formal) yang sampai sekarang masih terkenal.
Para ahli pikir Yunani Kuno ini mencoba membuat konsep tentang asal mula alam. Walaupun sebelumnya sudah ada tentang konsep tersebut. Akan tetapi konsepnya bersifat mitos yaitu mite kosmogonis (tentang asal usul alam semesta) dan mite kosmologis (tentang asal-usul serta sifat kejadian-kejadia dalam alam semesta), sehingga konsep mereka sebagai mencari asche (asal mula) alam semesta, dan mereka disebutnya sebagai filosof alam.
Oleh karena arah pemikiran filsafatnya pada alam semesta maka corak pemikirannya kosmosentris. Sedangkan para ahli pikir seperti Socrates, Plato dan Aristoteles yang hidup pada masa Yunani Klasik karena arah pemikirannya pada manusia maka corak pemikiran filsafatnya antroposentris. Hal ini disebabkan, arah pemikiran para ahli pikir Yunani Klasik tersebut memasukkan manusia sebagai subyek yang harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya.
2.      Masa Abad Pertengahan
Masa ini diawali dengan lahirnya filsafat Eropa. Sebagaimana halnya dengan filsafat Yunani yang dipengaruhi oleh kepercayaan, maka filsafat atau pemikiran pada abad pertengahan pun dipengaruhi oleh kepercayaan Kristen. Artinya, pemikiran filsafat abad pertengahan didominasi oelh agama. Pemecahan semua persoalan selalu didasarkan atas dogma agama, sehingga corak pemikiran kefilsafatannya bersifat teosentris.
Baru pada abad ke-6 Masehi, setelah mendapatkan dukungan dari Karel Agung, maka didirikanlah sekolah-sekolah yang memberi pelajaran gramatika, dialektika, geometri, aritmatika, astronomi dan musik. Keadaan yang demikan akan mendorong perkembangan pemikiran filsafat pada abad ke-13 yang ditandai berdirinya universitas-universitas dan ordo-ordo. Dalam ordo inilah mereka mengabdikan dirinya untuk kemajuan ilmu dan agama, seperti Anselmus (1033 – 1109), Abaelardus (1079 – 1143), Thomas Aquinas (1225 – 1274).
Di kalangan para ahli pikir Islam (periode filsafat Skolastik Islam) muncul al-Kindi, al-Farabi, Ibnu Sina, al-Ghazali, Ibnu Bajah, Ibnu Tufail, Ibnu Rusyd. Periode skolastik Islam ini berlangsung tahun 850 – 1200. pada masa itulah kejayaan Islam berlangsung dan ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat. Akan tetapisetelah jatuhnya kerajaan Islam di Granada di Spanyol tahun 1492 mulailah kekuasaan politik Barat menjarah ke Timur. Suatu prestasi yang paling besar dalam kegiatan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang filsafat. Di sini mereka merupakan mata rantai yang mentransfer filsafat Yunani, sebagaimana yang dilakukan oelh sarjana-sarjana Islam di Timur terhadap Eropa dengan menambah pikiran-pikiran Islam sendiri. Para filosof Islam sendiri sebagian menganggap bahwa filsafat Aristoteles adalah benar, Plato dan Al-Qur’an adalah benar, mereka mengadakan perpaduan dan sinkretisme antara agama dan filsafat. Kemudian pikiran-pikiran ini masuk ke Eropa yang merupan sumbangan Islam yang paling besar, yang besar pengaruhnya terhadap ilmu pengetahuan dan pemikiran filsafat terutama dalam bidang teologi dan ilmu pengetahuan alam. Peralihan dari abad pertengahan ke abad modern dalam sejarah filsafat disebut sebagai masa peralihan (masa transisi), yaitu munculnya Renaissance dan Humanisme yang berlangsung pada abad 15-16. munculnya Renaisance dan Humanisme inilah yang mengawali masa abad modern. Mulai zaman modern inilah peranan ilmu alam kodrat sangat menonjol, sehingga akibatnya pemikiran filsafata semakin dianggap sebagai pelayan dari teologi, yaitu sebagai suatu sarana untuk menetapkan kebenaran-kebenaran mengenai Tuhan yang dapat dicapai oleh akal manusia.
3.      Masa Abad Modern
Pada masa abad modern ini pemikiran filsafat berhasil menempatkan manusia pada tempat yang sentral dalam pandangan kehidupan, sehingga corak pemikirannnya antroposentris, yaitu pemikiran filsafatnya mendasarkan pada akal fikir dan pengalaman.
Di atas telah dikemukakan bahwa munculnya Renaisance dan Humanisme sebagai awal masa abad modern. Di mana para ahli (filosof) menjadi pelopor perkembangan filsafat (kalau pada abad pertengahan yang menjadi pelopor perkembangan filsafat adalah para pemuka agama). Dan pemikiran filsafat masa abad modern ini berusaha meletakkan dasar-dasar bagi metode logis ilmiah. Pemikiran filsafat diupayakan lebih bersifat praktis, artinya pemikiran filsafat diarahkan pada upaya manusia agar dapat mengasai lingkungan alam dengan menggunakan berbagai penemuan ilmiah.
Karena semakin pesatnya orang menggunakan metode induksi/ eksperimental dalam berbagai penelitian ilmiah, akibatnya perkembangan pemikiran filsafat mulai tertinggal oleh perkembangan ilmu-ilmu alam kodrat (natural sciences). Rene Descartes (1596 – 1650) sebagai bapak filsafat modern yang berhasil melahirkan suatu konsep dari perpaduan antara metode ilmu alam dengan ilmu pasti ke dalam pemikiran filsafat. Upaya ini dimaksudkan, agar kebenaran dan kenyataan filsafat juga sebagai kebenaran dan kenyataan yang jelas dan terang.
Pada abad ke-18, perkembangan pemikiran filsafat mengarah kepada filsafat ilmu pengetahuan, di mana pemikiran filsafat diisi dengan upaya manusia, bagaimana cara/ sarana apa yang dipakai untuk mencari kebenaran dan kenyataan. Sebagai tokohnya George Berkeley (1685 – 1753), David Hume (1711 – 1776), Rousseau (1722 – 1778).
Di Jerman muncul Christian Wolft (1679 – 1754) dan Immanuel Kant (1724 – 1804), yang mengupayakan agar filsafat menjadi ilmu pengethuan yang pasti dan berguna, yaitu dengan cara membentuk pengertian-pengertian yang jelas dan bukti yang kuat.
Abad ke-19, perkembangan pemikiran filsafat terpecah belah. Pemikiran filsafat pada saat itu telah mampu membentuk suatu kepribadian tiap-tiap bangsa dengan pengertian dan caranya sendiri. Ada filsafat Amerika, filsafat Perancis, filsafat Inggris, filasafat Jerman. Tokoh-tokohnya adalah Hegel (1770-18311), Karl Marx (1818 -1883), August Comte (1798 -1857), JS. Mill (1806 – 1873), John Dewey (1858 – 1952).
Akhirnya dengan munculnya pemikiran filsafat yang bermacam-macam ini, berakibat tidak terdapat lagi pemikiran filsafat yang mendominasi. Giliran selanjutnya lahirlah filsafat kontemporer atau filsafat dewasa ini.
4.      Masa Abad Dewasa Ini
Filsafat dewasa ini atau filsafat abad ke-20 juga disebut Filsafat Kontemporer yang merupakan ciri khas pemikiran filsafat adalah desentralisasi manusia. Karena pemikiran filsafat abad ke-20 ini memberikan perhatian yang khusus kepada bidang bahasa dan etika sosial.
Dalam bidang bahasa terdapat pokok-pokok masalah; arti kata-kata dan arti pernyataan-pernyataan. Masalah ini muncul karena bahwa realitas sekarang ini banyak bermunculan berbagai istilah, di mana cara pemakainnnya sering tidak dipikirkan secara mendalam, sehingga menimbulkan tafsir yang berbeda-beda (bermakna ganda). Maka timbullah filsafat analitika, yang di dalamnya membahas tentang cara berfikir untuk mengatur pemakaian kata-kata/ istilah-istilah yang menimbulkan kerancauan, dan sekaligus dapat menunjukkan bahaya-bahaya yang terdapat di dalamnya. Oleh karena bahasa sebagai obyek terpenting dalam pemikiran filsafat, maka para ahli pikir menyebut sebagai logosentris.[18]














BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya :
1.      Secara etimologis, filsafat diambil dari bahasa Arab, falsafah-berasal dari bahasa Yunani, Philosophia, kata majemuk yang berasal dari kata Philos yang artinya cinta atau suka, dan kata Sophia yang artinya bijaksana. Dengan demikian secara etimologis, filsafat memberikanpengertian cinta kebijaksanaan.
2.      Secara terminologis, filsafat adalah ilmu yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu; metafisika, logika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
3.      Ada tiga metode yang digunakan untuk memecahkan problema-problema  Filsafat yaitu: metode deduksi, induksi dan metode dialektik.
4.      Obyek penyelidikan filsafat adalah segala yang ada dan yang mungkin ada, tidak terbatas.
5.      Struktur/sistematika filsafat berkisar pada tiga cabang flsafat yaitu teori pengetahuan, teori hakikat dan teori nilai.
6.      Manfaat mempelajar filsafat diantaranya adalah manfaat dari sisi pengetahuan dan manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Dari sisi pengetahuan filsafat disebuat sebagai induk dari setiap disiplian ilmu pengetahuan, maka untuk memahami ilmu pengetahuan dan mampu me-interdisipliner-kan kita butuh filsafat. Filsafat dalam kehidupan sehari-hari bisa dijadikan patokan utama dalam mengembangan kebutuhan-kebutuhan manusia serta piranti dalam memahami proses keseharian secara mendalam dan jelas.


DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Asmoro. 2001. Filsafat Umum. Jakarta : PT. Raja Grafindo.
Gee, The Liang. 1991. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Liberty.
Kaelan.  1996. Filsafat Pancasila. Yogyakarta : Paradigma.
Sudiardja. 1995. Filsafat Etika. Yogyakarta: Diktat Kuliah.
Tafsir, Ahmad. 2001. Filsafat Umum. Bandung : PT. Remaja Rusdakarya.


[1]  The Liang Gee, Pengantar Filsafat Ilmu, (Jakarta: Liberti,1991), h.1
[2] Asmoro Ahmadi, Filsafat Umum (PT.Raja Grafindo,2001), h.2-3
[3] Ahmad Tafsir,filsafat umum (Bandung :PT.Remaja Rosdakarya,2001),h. 21
[4] Ibid. h 21-22
[5] Kaelan, Filsafat Pancasila (Yogyakarta:Paradikma,1996), h. 7
[6]  Ibid, h 8-12
 [7] Ibid , h  16.
[8] Asmoro Ahmadi, Filsafat Umum (PT.Raja Grafindo,2001), h.14
[9][9]  The Liang Gee, Pengantar Filsafat Ilmu ,(Jakarta:liberti,1991), h. 23
[10] Asmoro Ahmadi, Filsafat Umum (PT.Raja Grafindo,2001), h. 23
[11] Kaelan, Filsafat Pancasila (Yogyakarta:Paradikma,1996), h. 25
[12] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum(Bandung :PT.Remaja Rosdakarya,2001),h. 20
[13] Sudiardja sj, Filsafat Etika (Yogyakarta:diktat kuliah,1995), h. 2-3
[14] Asmoro Ahmadi, Filsafat Umum (PT.Raja Grafindo,2001), h. 16

[15] Kaelan, Filsafat Pancasila (Yogyakarta:Paradikma,1996), h. 26-27
[16] Ibid, h 28
[17] Asmoro Ahmadi, Filsafat Umum (PT.Raja Grafindo,2001), h. 18
[18] Ibid, h 21-28

1 komentar: