BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Amal yang pasti diterima adalah yang dikerjakan dengan ikhlas. Amal hanya
karena Allah semata, dan tidak ada harapan kepada makhluk sedikit pun. Niat
ikhlas bisa dilakukan sebelum amal dilakukan, bisa juga disaat melakukan amal
atau setelah amal dilakukan. Salah satu karunia Allah yang harus disyukuri
adalah adanya kesempatan untuk beramal. Menjadi jalan kebaikan dan memberikan
manfaat kepada orang lain. Karenanya, jangan pernah menunda kebaikan ketika
kesempatan itu datang. Lakukan kebaikan semaksimal mungkin dan lupakan jasa
yang sudah dilakukan. Serahkan segalanya hanya kepada Allah. Itulah aplikasi
dari amal yang ikhlas.
Ketika orang lain merasakan manfaat dari amal yang kita perbuat, maka
yakinilah bahwa tidak ada perlunya kita membanggakan diri karena merasa
berjasa. Itu semua hanya akan menghapus nilai pahala dari amal yang diperbuat.
Setiap kebaikan yang kita lakukan mutlak karunia dari Allah, yang menghendaki
kita terpilih agar bisa melakukan amal baik tersebut. Sekiranya Allah
menakdirkan kita bisa bersedekah kepada anak yatim, itu berarti kita harus
bersyukur telah menjadi jalan sampainya hak anak yatim. Tidak perlu merasa berjasa
karena hakekatnya kita hanyalah perantara hak anak yatim itu, lewat harta,
tenaga dan kekuasaan yang Allah titipkan kepada kita.
Selain itu, hindari sifat ’merasa’ lebih dari yang lain. Merasa pintar,
merasa berjasa, merasa dermawan, apalagi merasa shaleh, seakan-akan surga dalam
genggamannya. Semua yang kita miliki adalah titipan yang Allah karuniakan
kepada kita untuk dipergunakan sebagai sarana penghambaan kepada-Nya.
Berkaitan dengan suatu perbuatan, Islam sangat menekankan pentingnya motif
dan tujuan dari seorang yang melakukan perbuatan tersebut tidak cukup hanya
bentuk lahiriahnya saja. Dalam hal ini dapat diibaratkan bahwa setiap perbuatan
itu ada badan dan ruhnya. Badannya adalah bentuk luar yang terlihat dan
terdengar, sedangkan ruhnya adalah niat yang mendorong dilakukannya perbuatan
itu dan jiwa ikhlas yang mendorong terciptanya perbuatan tersebut. Bagi
golongan ahli hakikat (tasawuf), ikhlas merupakan syarat sahnya suatu ibadah.
Dengan demikian, diterima atau tidaknya suatu perbuatan sangat tergantung
kepada niat yang melakukannya.
Sedemikian pentingnya kedudukan ikhlas dalam amal ibadah, sehingga dalam
al-Qur’an sendiri sebagai sumber utama dalam ajaran Islam-terdapat banyak ayat
yang membicarakan masalah ikhlas dalam berbagai aspeknya. Oleh karena itu,
sesuai dengan tema yang telah ditentukan, kajian dalam tulisan ini akan
berupaya memaparkan konsep ikhlas
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian Ikhlas ?
2.
Bagaimana ayat yang menerangkan Ikhlas ?
3.
Bagaimana perbedaan ikhlasnya orang zaman dulu dengan sekarang ?
4.
Bagaimana balasan orang yang tidak Ikhlas ?
C.
Tujuan Masalah
1.
Mengetahui pengertian Ikhlas.
2.
Mengetahui ayat-ayat yang menerangkan ikhlas.
3.
Mengetahui perbedaan ikhlasnya orang zaman dulu dengan sekarang.
4.
Mengetahui balasan orang yang tidak Ikhlas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ikhlas
Secara etimologis, kata ikhlas merupakan bentuk mashdar dari kata akhlasha
yang berasal dari akar kata khalasha. Menurut Luis Ma’luuf, kata khalasha ini
mengandung beberapa macam arti sesuai dengan konteks kaliamatnya. Ia bisa
berarti shafaa (jernih), najaa wa salima (selamat), washala (sampai), dan
I’tazala (memisahkan diri). Maksudnya, didalam menjalankan amal ibadah apa
saja harus disertai dengan niat yang ikhlas tanpa pamrih apapun.[1]
Bila diteliti lebih lanjut, kata ikhlas sendiri sebenarnya tidak dijumpai
secara langsung penggunaannya dalam al-Qur’an. Yang ada hanyalah kata-kata yang
berderivat sama dengan kata ikhlas tersebut. Secara keseluruhan terdapat dalam
tiga puluh ayat dengan penggunaan kata yang beragam. Kata-kata tersebut antara
lain : kata khalashuu, akhlashnaahum, akhlashuu, astakhlish, al-khaalish, dan
khaalish masing-masing sebanyak satu kali. Selanjutnya kata khaalishah lima
kali, mukhlish (tunggal) tiga kali, mukhlishuun (jamak) satu kali, mukhlishiin
(jamak) tujuh kali, mukhlash (tunggal) satu kali, dan mukhlashiin (jamak)
sebanyak delapan kali.
Selanjutnya, ditinjau dari segi makna, term ikhlas dalam al-Qur’an juga
mengandung arti yang beragam. Dalam hal ini al-Alma’i merinci pemakaian term tersebut
kepada empat macam :
Pertama, ikhlas berarti al-ishthifaa’ (pilihan) seperti pada surat Shaad : 46-47.
Di sini al-Alma’i mengutip penafsiran dari Ibn al-Jauzi terhadap ayat tersebut
yang intinya bahwa Allah telah memilih mereka dan menjadikan mereka orang-orang
yang suci. Penafsiran yang sama juga dikemukakan oleh al-Shaabuuni dalam
tafsirnya Shafwah al-Tafaasiir, yakni “Kami (Allah) istimewakan mereka dengan
mendapatkan kedudukan yang tinggi yaitu dengan membuat mereka berpaling dari
kehidupan duniawi dan selalu ingat kepada negeri akhirat.” Dengan demikian
terdapat kaitan yang erat (munaasabah) antara ayat 46 dengan 47, yakni ayat
yang sesudahnya menafsirkan ayat yang sebelumnya.
Kedua, ikhlas berarti al-khuluus min al-syawaa’ib (suci dari segala macam
kotorn), sebagaimana tertera dalam surat an-Nahl : 66 yang membicarakan tentang
susu yang bersih yang berada di perut binatang ternak, meskipun pada mulanya
bercampur dengan darah dan kotoran ; kiranya dapat dijadikan pelajaran bagi
manusia. Makna yang sama juga terdapat dalam surat al-zumar : 3, walaupun dalam
konteks yang berbeda. Dalam ayat tersebut dibicarakan tentang agama Allah yang
bersih dari segala noda seperti syirik, bid’ah dan lain-lain.
Ketiga, ikhlas berarti al-ikhtishaash (kekhususan), seperti yang terdapat pada
surat al-Baqarah : 94, al-An’am : 139, al-A’raf : 32, Yusuf : 54, dan al-Ahzab
: 32.
Keempat, ikhlas berarti al-tauhid (mengesakan) dan berarti al-tathhir (pensucian)
menurut sebagian qira’at. Ikhlas dalam artian pertama inilah yang paling banyak
terdapat dalam al-Qur’an, antara lain terdapat dalam surat al-Zumar : 2,11,14,
al-Baqarah : 139, al-A’raf : 29, Yunus : 22, al-Ankabut : 65, Luqmaan : 32,
Ghaafir : 14,65, an-Nisaa : 146, dan al-Bayyinah : 5. Dalam ayat-ayat tersebut,
kata-kata yang banyak digunakan adalah dalam bentuk isim fa’il (pelaku),
seperti mukhlish (tunggal) dan mukhlishuun atau mukhlshiin (jamak). Secara
leksikal kata tersebut dapat diartikan dengan al-muwahhid (yang mengesakan).
Dalam konteks inilah kiranya surat ke-112 dalam al-Qur’an dinamakan surat
al-ikhlaas, dan kalimat tauhid (laa ilaaha illa Allah) disebut kalimat
al-ikhlas. Dengan demikian makna ikhlas dalam ayat-ayat di atas adalah perintah
untuk selalu mengesakan Allah dalam beragama, yakni dalam beribadah, berdo’a
dan dalam perbuatan taat lainnya harus dikerjakan semata-mata karena Allah;
bukan karena yang lain. Itulah sebabnya mengapa term ikhlas pada ayat-ayat di
atas selalu dikaitkan dengan al-diin.
Adapun ikhlas dalam arti yang kedua (al-tathhiir) ditujukan kepada
orang-orang yang telah disucikan Allah hatinya dari segala noda dan dosa
sehingga mereka menjadi hamba Allah yang bersih dan kekasih pilihan-Nya. Hal
ini seperti yang tercantum dalam surat Yusuf : 24, al-Hijr : 40, al-shaffat :
40,74,128,166,169, Shaad : 83, dan surat Maryam : 51. Pada ayat-ayat tersebut
semuanya memakai kata mukhlashiin (jamak) kecuali surat Maryam : 51 yang
memakai bentuk tunggal (mukhlash). Selain itu semua kata mukhlashiin dalam
ayat-ayat tersebut selalu dikaitkan dengan kata ibaad (hamba).
B.
Ayat-ayat Yang
Menerangkan
Ikhlas
1.
QS. al-Bayyinah: 5
!$tBur (#ÿrâÉDé& wÎ) (#rßç6÷èuÏ9 ©!$# tûüÅÁÎ=øèC ã&s! tûïÏe$!$# uä!$xÿuZãm (#qßJÉ)ãur no4qn=¢Á9$# (#qè?÷sãur no4qx.¨9$# 4 y7Ï9ºsur ß`Ï ÏpyJÍhs)ø9$# ÇÎÈ
“Padahal
mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
(mengikhlaskan) ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah
agama yang lurus”
2. QS. Yunus : 105
÷br&ur óOÏ%r& y7ygô_ur ÈûïÏe$#Ï9 $ZÿÏZym wur ¨ûsðqä3s? ÆÏB úüÏ.Îô³ßJø9$# ÇÊÉÎÈ
“dan (aku
telah diperintah): "Hadapkanlah mukamu kepada agama dengan tulus dan
ikhlas dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang musyrik”
3. QS. Al A’raaf : 29
ö@è% zsDr& În1u ÅÝó¡É)ø9$$Î/ ( (#qßJÏ%r&ur öNä3ydqã_ãr yZÏã Èe@à2 7Éfó¡tB çnqãã÷$#ur úüÅÁÎ=øèC ã&s! tûïÏe$!$# 4 $yJx. öNä.r&yt/ tbrßqãès? ÇËÒÈ
“Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan
keadilan". dan (katakanlah): "Luruskanlah muka (diri)mu di Setiap sembahyang
dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. sebagaimana Dia
telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali
kepadaNya)"”
4. QS. An Nisaa’ : 125
ô`tBur ß`|¡ômr& $YYÏ ô`£JÏiB zNn=ór& ¼çmygô_ur ¬! uqèdur Ö`Å¡øtèC yìt7¨?$#ur s'©#ÏB zOÏdºtö/Î) $ZÿÏZym 3 xsªB$#ur ª!$# zOÏdºtö/Î) WxÎ=yz ÇÊËÎÈ
“dan
siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan
dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti
agama Ibrahim yang lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya”
Maksud dari ayat-ayat diatas
ialah amal-amal ibadah apa saja jika tidak dijiwai dengan ikhlas berarti tidak
hidup, mati bagaikan bangkai, tidak membawa manfaat sama sekali. Malah, maaf,
menjijikkan seperti bankai yang harus segera dikubur.[2]
C.
Perbedaan
Ikhlas Zaman Dahulu dengan Zaman Sekarang
Ikhlas pada dasarnya adalah bersih hati, rela hati,
atau tulus hati untuk memberikan atau menyerahkan atau merelakan sesuatu yang
dimiliki, entah itu berupa tenaga, pikiran, uang atau dalam bentuk materi
lainnya. Sesuai dengan yang di
kehendaki pemberi dan disesuaikan pula dengan kondisi yang terjadi pada saat
itu.
Ikhlas dianjurkan oleh Allah SWT. kepada kita semua saat melakukan segala sesuatu, apalagi di dalam beramal saleh.
Begitu pula Nabi Muhammad saw. yang menyuruh umatnya untuk melandasi segala sesuatu pekerjaan atau kegiatan dengan tulus
ikhlas.
Untuk lebih mudahnya kita membayangkan sifat ikhlas itu bagaimana bentuknya
dan bagaimana cara melakukannya, kita bisa bayangkan hal berikut ini. Misalnya,
dalam hal pahlawan yang berjuang di medan pertempuran pada saat dulu. Kita
pasti sudah membaca buku-buku yang menerangkan bagaimana perjuangan pahlawan
kita ketika melawan penjajah di negeri ini.
Kita biasa bayangkan, apabila para pahlawan ketika melawan para penjajah,
tidak memiliki rasa ikhlas didalam dirinya, mereka pasti tidak semangat di
dalam melawan penjajah. Bahkan, Mereka menjadi kalah dan kemerdekaan Indonesia
tidak akan terwujud sampai sekarang.
Kalau itu terjadi, kita sekarang tidak bisa
menikmatai dunia dengan nyaman, karena sewaktu-waktu kita bisa saja diserang
oleh penjajah. Tapi, itu semua
tidak terjadi pada saat ini karena peran besar pahlawan zaman dulu yang
melandasi perjuangannya dengan ikhlas.
Tak heran apabila kemudian, kemenangan diraih para pahlawan meski dengan
senjata yang sangat terbatas. Itu sudah membuktikan betapa dahsyatnya rasa
ikhlas apabila sudah ada di dalam diri seseorang.
Semangat yang di landasi rasa ikhlas itu akan dapat
mengalahkan segala hal yang berkaitan dengan kepentingan diri, yang kesemuanya
berujung pada keegoisan diri (keinginan untuk mewujudkan kepentingan dirinya
sendiri). Sehingga, dengan adanya
semangat yang dilandasi rasa ikhlas itu, semua orang bisa menikmati jasa besar
atau perjuangan yang telah dilakukan para pahlawan, tidak terkecuali diri kita.
Itu merupakan manfaat besar dari sifat ikhlas. Mungkin, kalau kita sering
diajak kedua orang tua kita melihat berita di televisi, kita bisa memandingkan sifat
para pahlawan dengan sifat para pemimpin kita saat ini. Coba kita bayangkan,
para pemimpin yang katanya merupakan pahlawan rakyat, justru semakin
menyusahkan kehidupan rakyat.
Mereka mendasari segala perilakunya dengan tidak ikhlas. Mereka hanya
mengharapkan imbalan ketika melakukan segala sesuatu. Sangat jauh dari pahlawan
kita dulu, yang tidak pernah mengharapkan imbalan apapun dari segala sesuatu
yang dilakukannya.
Akhirnya, kita bisa merasakan saat ini. Saat ini kita sekolah saja sudah
harus membayar biaya yang tinggi. Bagi yang tidak mampu akhirnya tidak
menyekolahkan anaknya dan akibat dari itu kemiskinan semakin meningkat. Banyak
pemimpin kita yang melukukan korupsi, yang sama saja mencuri uang rakyat, tapi
dengan cara yang halus. Dari hal ini kita sudah bisa membayangkan bagaimana
bentuk dari ikhlas itu dan bagaimana pula dampaknya apabila sifat ikhlas itu
tidak ada di dalam diri orang masing-masing.
Kalau masih belum paham juga wujud dari sifat ikhlas, mari simak contoh
berikut yang lebih mudah lagi. Ketika kita memberikan sedekah kepada pengemis
yang meminta-minta kepada diri kita, apa yang ada di dalam diri kita saat itu?
Apabila kita tidak ikhlas memberi uang tersebut, pasti kita akan berat
memberikan uang tersebut kepada pengemis itu, meskipun itu hanya bernilai
sangat kecil bagi diri kita. Bahkan, kita akan terus memikirkan uang yang sudah
kita berikan pada pengemis itu. Dalam setiap kesempatan, kita akan
terbayang-bayang uang yang kita berikan. Hal itu justru akan menyusahkan diri
kita sendiri.
Coba kalau kita ikhlas ketika memberi sedekah itu, kita pasti tenang dan
tidak terbayang-bayang dengan uang yang sudah kita keluarkan itu. Makanya,
latihlah diri untuk selalu memiliki sifat ikhlas ketika memberi apapun pada
orang lain. Apabila kita mendasari segala sesuatu yang kita lakukan dengan
ikhlas, setelah kita selesai melakukan perbuatan itu kita akan menjadi tenang.
Dan tidak terus berfikiran serta terbayang-bayang dengan apa yang sudah kita
berikan atau kita lakukan.
Kata ikhlas memang sudah biasa kita dengar, tapi
pelaksanaannya secara nyata belum banyak terlihat. kita pasti sudah seringkali
mendengar ungkapan “Dalam belajar atau menjalankan tugas, kita harus ikhlas”,
dan “Perbuatan ikhlas adalah perbuatan yang terpuji’. Selain itu, seringkali pula kita dengar kalimat
“Kita harus ikhlas melepas kepergiannnya untuk selamanya”.
Ungkapan dalam kalimat tersebut menunjukkan bahwa ikhlas adalah suatu
bentuk perbuatan yang terpuji. Namun demikian, dalam prakteknya tidaklah
semudah ketika kita mengucapkannya.
Maka, tidaklah heran apabila kini belum belum
banyak orang yang bisa bersikap ikhlas, padahal dia sudah seringkali berkata
“Akan melakukan segala sesuatu dengan ikhlas”. mungkin dia sudah bisa bersikap
ikhlas, tetapi rasa ikhlas itu tidak sepenuhnya terwujud. Namun, hal itu lebih baik daripada rasa ikhlas
tersebut tidak ada sama sekali dalam diri seseorang. Ibaratnya, rasa ikhlas itu
bisa secara perlahan-lahan ditambah dan terus dipupuk dalam dirinya. Sehingga,
ketika melakukan segala sesuatu, dia bisa bersikap ikhlas secara penuh dan
tidak setengah-setengah.
Memang terkadang seseorang menjadi tidak ikhlas karena tidak rela
memberikan barang atau sesuatu miliknya kepada orang lain, meskipun itu hanya
sedikit. Atau kadang ketidakikhlasan itu terwiujud karena ada rasa tidak senang
kepada orang lain dikarenakan dia pernah disakiti orang tersebut, sehingga
ketika membantunya, ia melakukannya dengan terpaksa dan bisa pula karena ingin
dilihat dan dipuji oleh orang lain. Sebetulnya banyak penyebab kilta menjadi
tidak ikhlas, tergantung diri orang masing-masing. , terutama sifat pribadi
seseorang itu sendiri.
Pada dasarnya, ikhlas mengandung pengertian memurnikan tujuan untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT. dari berbagai pandangan dan keyakinan yang
buruk dari pribadi masing-masing. Ada juga yang berpendapat, kalau ikhlas itu
adalah mereflesikan atau memikirkan setiap tujuan semata hanya kepada Allah
swt., bukan karena pamer kepada orang lain atau ingin dipuji oleh orang lain
dan teman-teman kita.
D.
Balasan Orang yang Tidak Ikhlas
“Maksud Hadis Nabi SAW: “Sesungguhnya manusia yang pertama dihisab pada
hari kiamat nanti adalah seseorang yang mati syahid, di mana dia dihadapkan dan
diperlihatkan kepadanya nikmat yang telah diterimanya serta ia pun mengakuinya,
kemudian ditanya: Apakah yang kamu gunakan terhadap nikmat itu? Ia menjawab:
Saya berjuang di jalan-Mu sehingga saya mati syahid. Allah berfirman: Kamu
dusta, kamu berjuang (dengan niat) agar dikatakan sebagai pemberani, dan hal
itu sudah terpenuhi. Kemudian Allah memerintahkan untuk menyeret orang tersebut
yang akhirnya dia dilemparkan ke An Nar (neraka).
Kedua, seseorang yang belajar dan mengajar serta suka membaca Al Qur’an,
dia dihadapkan dan diperlihatkan kepadanya nikmat yang telah diterimanya serta
ia pun mengakuinya, kemudian ditanya: Apakah yang kamu gunakan terhadap nikmat
itu? Ia menjawab: Saya telah belajar dan mengajarkan Al Qur’an untuk-Mu. Allah
berfirman: Kamu dusta, kamu belajar Al Qur’an (dengan niat) agar dikatakan
sebagai orang yang alim (pintar), dan kamu membaca Al Qur’an agar dikatakan
sebagai seorang Qari’ (ahli membaca Al Qur’an), dan hal itu sudah terpenuhi.
Kemudian Allah memerintahkan untuk menyeret orang itu yang akhirnya dia
dilemparkan ke dalam An Nar (neraka).
Ketiga, seseorang yang dilapangkan rezekinya dan dikurniai berbagai macam
kekayaan, lalu dia dihadapkan dan diperlihatkan kepadanya nikmat yang telah
diterimanya serta ia pun mengakuinya, kemudian ditanya: Apakah yang kamu
gunakan terhadap nikmat itu? Ia menjawab: Tidak pernah aku tinggalkan suatu
jalan yang Engkau sukai untuk berinfaq kepadanya, kecuali pasti aku akan
berinfaq kerana Engkau. Allah berfirman: Kamu dusta, kamu berbuat itu (dengan
niat) agar dikatakan sebagai orang yang dermawan, dan hal itu sudah terpenuhi.
Kemudian Allah memerintahkan untuk menyeret orang tersebut yang akhirnya dia
dilemparkan ke dalam An Nar.” (HR Muslim)
Demikianlah ketiga orang yang beramal dengan amalan mulia tetapi tidak
didasari keikhlasan kepada Allah. Allah lemparkan mereka ke dalam An Nar
(neraka). Semoga kita termasuk orang-orang yang dapat mengambil pelajaran
daripada kisah tersebut. “
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara etimologis, kata ikhlas
merupakan bentuk mashdar dari kata akhlasha yang berasal dari akar kata
khalasha. Menurut Luis Ma’luuf, kata khalasha ini mengandung beberapa macam
arti sesuai dengan konteks kaliamatnya. Ia bisa berarti shafaa (jernih), najaa wa salima (selamat), washala (sampai), dan I’tazala
(memisahkan diri). Maksudnya, didalam menjalankan amal ibadah apa
saja harus disertai dengan niat yang ikhlas tanpa pamrih apapun.
tidaklah heran
apabila kini belum belum banyak orang yang bisa bersikap ikhlas, padahal dia
sudah seringkali berkata “Akan melakukan segala sesuatu dengan ikhlas”. mungkin
dia sudah bisa bersikap ikhlas, tetapi rasa ikhlas itu tidak sepenuhnya
terwujud. Namun, hal itu lebih
baik daripada rasa ikhlas tersebut tidak ada sama sekali dalam diri seseorang.
Ibaratnya, rasa ikhlas itu bisa secara perlahan-lahan ditambah dan terus
dipupuk dalam dirinya. Sehingga, ketika melakukan segala sesuatu, dia bisa
bersikap ikhlas secara penuh dan tidak setengah-setengah.
Dan
orang yang tidak ikhlas atau mengerjakan sesuatu bukan karna Allah dinamakan
musyrik yang akan disiksa didalam neraka.
B. Saran
Mari kita sebagai makhluk ciptaan Allah
SWT kita usahakan ikhlas dalam beribadah kepada Allah SWT. Jangan sampi tergiur karna harta atau
yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Mohammad Ruhan Sanusi, Kuliah wahidiyah, (jombang
: DPP PSW, 2010)
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin, Riyadhus Shalihin.
http://faisalchoir.blogspot.com/2011/05/ikhlas.html
http://coretanbinderhijau.blogspot.com/2013/04/hadis-tentang-ikhlas-dan-keterangannya.html
http://andasayabisa.blogspot.com/2012/06/makalah-
♥♦♣♠ PELANGI QQ ♠♣♦♥
Mari Bergabung bersama kami di Pelangi Q Q (,) me
Situs Impian Para pecinta dan peminat Taruhan Online!!
Segera Daftarkan diri Anda di PelangiQQ dan dapatkan Bonus yang sudah tersedia. Agen Poker Online Terpercaya dan Terbesar di Indonesia yang menggunakan Uang Asli.
MINIMAL DEPOSIT & WITHDRAW Rp 25.000
PelangiQQ Menyediakan 8 Permainan yang bisa di mainkan hanya dengan 1 User ID,yaitu:
* Bandar66 (NEW GAME)
* SAKONG
* Poker
* Domino99
* Capsa susun
* AduQ
* BandarQ
* Bandar Poker
Keunggulan PELANGI Q Q :
- PROSES DEPO & WD MUDAH TANPA RIBET
- PROSES DEPO & WD TERCEPAT
- KARTU-KARTU BERKUALITAS DISAJIKAN
- CS RAMAH & INSPIRATIF SIAP MEMBANTU 24JAM
- TIPS & TRIK MENJADI KEUNGGULAN SITUS INI
- DAN TENTUNYA DEPOSIT YG TERJANGKAU BOS!!(MINIMAL DEPO & WD 25RB)
Nikmati juga HOT PROMO bersama kami:
* BONUS TURNOVER 0.3% (DIBAGIKAN SETIAP 5 Hari 1x)
* BONUS REFERRAL 15% (SEUMUR HIDUP)
Tunggu apalagi bos!! langsung daftarkan diri anda di PELANGI Q Q
Bagaimana cara mendaftar? SIMPEL bos!!
cukup kunjungi kami PELANGI Q Q
klik daftar dan daftarkan diri anda
atau bisa juga hubungi kami melalui LiveChat dan BBM yang akan melayani Anda 24 jam nonstop.
- SKYPE : PELANGIQQ
- LINE : PELANGIQQ
- FACEBOOK : PokerPelangiReborn
- PIN BB : E37271BF
- WhatssApp : 6281231804952
Salam Sukses & Hoki
PELANGIQQ
makasih tentang makalah nya sangat bermanfaat bagi saya
BalasHapusIzin Ambil materi
BalasHapus