Ikhlas



BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Amal yang pasti diterima adalah yang dikerjakan dengan ikhlas. Amal hanya karena Allah semata, dan tidak ada harapan kepada makhluk sedikit pun. Niat ikhlas bisa dilakukan sebelum amal dilakukan, bisa juga disaat melakukan amal atau setelah amal dilakukan. Salah satu karunia Allah yang harus disyukuri adalah adanya kesempatan untuk beramal. Menjadi jalan kebaikan dan memberikan manfaat kepada orang lain. Karenanya, jangan pernah menunda kebaikan ketika kesempatan itu datang. Lakukan kebaikan semaksimal mungkin dan lupakan jasa yang sudah dilakukan. Serahkan segalanya hanya kepada Allah. Itulah aplikasi dari amal yang ikhlas.
Ketika orang lain merasakan manfaat dari amal yang kita perbuat, maka yakinilah bahwa tidak ada perlunya kita membanggakan diri karena merasa berjasa. Itu semua hanya akan menghapus nilai pahala dari amal yang diperbuat. Setiap kebaikan yang kita lakukan mutlak karunia dari Allah, yang menghendaki kita terpilih agar bisa melakukan amal baik tersebut. Sekiranya Allah menakdirkan kita bisa bersedekah kepada anak yatim, itu berarti kita harus bersyukur telah menjadi jalan sampainya hak anak yatim. Tidak perlu merasa berjasa karena hakekatnya kita hanyalah perantara hak anak yatim itu, lewat harta, tenaga dan kekuasaan yang Allah titipkan kepada kita.
Selain itu, hindari sifat ’merasa’ lebih dari yang lain. Merasa pintar, merasa berjasa, merasa dermawan, apalagi merasa shaleh, seakan-akan surga dalam genggamannya. Semua yang kita miliki adalah titipan yang Allah karuniakan kepada kita untuk dipergunakan sebagai sarana penghambaan kepada-Nya.
Berkaitan dengan suatu perbuatan, Islam sangat menekankan pentingnya motif dan tujuan dari seorang yang melakukan perbuatan tersebut tidak cukup hanya bentuk lahiriahnya saja. Dalam hal ini dapat diibaratkan bahwa setiap perbuatan itu ada badan dan ruhnya. Badannya adalah bentuk luar yang terlihat dan terdengar, sedangkan ruhnya adalah niat yang mendorong dilakukannya perbuatan itu dan jiwa ikhlas yang mendorong terciptanya perbuatan tersebut. Bagi golongan ahli hakikat (tasawuf), ikhlas merupakan syarat sahnya suatu ibadah. Dengan demikian, diterima atau tidaknya suatu perbuatan sangat tergantung kepada niat yang melakukannya.
Sedemikian pentingnya kedudukan ikhlas dalam amal ibadah, sehingga dalam al-Qur’an sendiri sebagai sumber utama dalam ajaran Islam-terdapat banyak ayat yang membicarakan masalah ikhlas dalam berbagai aspeknya. Oleh karena itu, sesuai dengan tema yang telah ditentukan, kajian dalam tulisan ini akan berupaya memaparkan konsep ikhlas
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Ikhlas ?
2.      Bagaimana ayat yang menerangkan Ikhlas ?
3.      Bagaimana perbedaan ikhlasnya orang zaman dulu dengan sekarang ?
4.      Bagaimana balasan orang yang tidak Ikhlas ?
C.    Tujuan Masalah
1.      Mengetahui pengertian Ikhlas.
2.      Mengetahui ayat-ayat yang menerangkan ikhlas.
3.      Mengetahui perbedaan ikhlasnya orang zaman dulu dengan sekarang.
4.      Mengetahui balasan orang yang tidak Ikhlas.









BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Ikhlas
Secara etimologis, kata ikhlas merupakan bentuk mashdar dari kata akhlasha yang berasal dari akar kata khalasha. Menurut Luis Ma’luuf, kata khalasha ini mengandung beberapa macam arti sesuai dengan konteks kaliamatnya. Ia bisa berarti shafaa (jernih), najaa wa salima (selamat), washala (sampai), dan I’tazala (memisahkan diri). Maksudnya, didalam menjalankan amal ibadah apa saja harus disertai dengan niat yang ikhlas tanpa pamrih apapun.[1]
Bila diteliti lebih lanjut, kata ikhlas sendiri sebenarnya tidak dijumpai secara langsung penggunaannya dalam al-Qur’an. Yang ada hanyalah kata-kata yang berderivat sama dengan kata ikhlas tersebut. Secara keseluruhan terdapat dalam tiga puluh ayat dengan penggunaan kata yang beragam. Kata-kata tersebut antara lain : kata khalashuu, akhlashnaahum, akhlashuu, astakhlish, al-khaalish, dan khaalish masing-masing sebanyak satu kali. Selanjutnya kata khaalishah lima kali, mukhlish (tunggal) tiga kali, mukhlishuun (jamak) satu kali, mukhlishiin (jamak) tujuh kali, mukhlash (tunggal) satu kali, dan mukhlashiin (jamak) sebanyak delapan kali.
Selanjutnya, ditinjau dari segi makna, term ikhlas dalam al-Qur’an juga mengandung arti yang beragam. Dalam hal ini al-Alma’i merinci pemakaian term tersebut kepada empat macam :
Pertama, ikhlas berarti al-ishthifaa’ (pilihan) seperti pada surat Shaad : 46-47. Di sini al-Alma’i mengutip penafsiran dari Ibn al-Jauzi terhadap ayat tersebut yang intinya bahwa Allah telah memilih mereka dan menjadikan mereka orang-orang yang suci. Penafsiran yang sama juga dikemukakan oleh al-Shaabuuni dalam tafsirnya Shafwah al-Tafaasiir, yakni “Kami (Allah) istimewakan mereka dengan mendapatkan kedudukan yang tinggi yaitu dengan membuat mereka berpaling dari kehidupan duniawi dan selalu ingat kepada negeri akhirat.” Dengan demikian terdapat kaitan yang erat (munaasabah) antara ayat 46 dengan 47, yakni ayat yang sesudahnya menafsirkan ayat yang sebelumnya.
Kedua, ikhlas berarti al-khuluus min al-syawaa’ib (suci dari segala macam kotorn), sebagaimana tertera dalam surat an-Nahl : 66 yang membicarakan tentang susu yang bersih yang berada di perut binatang ternak, meskipun pada mulanya bercampur dengan darah dan kotoran ; kiranya dapat dijadikan pelajaran bagi manusia. Makna yang sama juga terdapat dalam surat al-zumar : 3, walaupun dalam konteks yang berbeda. Dalam ayat tersebut dibicarakan tentang agama Allah yang bersih dari segala noda seperti syirik, bid’ah dan lain-lain.
Ketiga, ikhlas berarti al-ikhtishaash (kekhususan), seperti yang terdapat pada surat al-Baqarah : 94, al-An’am : 139, al-A’raf : 32, Yusuf : 54, dan al-Ahzab : 32.
Keempat, ikhlas berarti al-tauhid (mengesakan) dan berarti al-tathhir (pensucian) menurut sebagian qira’at. Ikhlas dalam artian pertama inilah yang paling banyak terdapat dalam al-Qur’an, antara lain terdapat dalam surat al-Zumar : 2,11,14, al-Baqarah : 139, al-A’raf : 29, Yunus : 22, al-Ankabut : 65, Luqmaan : 32, Ghaafir : 14,65, an-Nisaa : 146, dan al-Bayyinah : 5. Dalam ayat-ayat tersebut, kata-kata yang banyak digunakan adalah dalam bentuk isim fa’il (pelaku), seperti mukhlish (tunggal) dan mukhlishuun atau mukhlshiin (jamak). Secara leksikal kata tersebut dapat diartikan dengan al-muwahhid (yang mengesakan). Dalam konteks inilah kiranya surat ke-112 dalam al-Qur’an dinamakan surat al-ikhlaas, dan kalimat tauhid (laa ilaaha illa Allah) disebut kalimat al-ikhlas. Dengan demikian makna ikhlas dalam ayat-ayat di atas adalah perintah untuk selalu mengesakan Allah dalam beragama, yakni dalam beribadah, berdo’a dan dalam perbuatan taat lainnya harus dikerjakan semata-mata karena Allah; bukan karena yang lain. Itulah sebabnya mengapa term ikhlas pada ayat-ayat di atas selalu dikaitkan dengan al-diin.
Adapun ikhlas dalam arti yang kedua (al-tathhiir) ditujukan kepada orang-orang yang telah disucikan Allah hatinya dari segala noda dan dosa sehingga mereka menjadi hamba Allah yang bersih dan kekasih pilihan-Nya. Hal ini seperti yang tercantum dalam surat Yusuf : 24, al-Hijr : 40, al-shaffat : 40,74,128,166,169, Shaad : 83, dan surat Maryam : 51. Pada ayat-ayat tersebut semuanya memakai kata mukhlashiin (jamak) kecuali surat Maryam : 51 yang memakai bentuk tunggal (mukhlash). Selain itu semua kata mukhlashiin dalam ayat-ayat tersebut selalu dikaitkan dengan kata ibaad (hamba).
B.       Ayat-ayat Yang Menerangkan Ikhlas
1.    QS. al-Bayyinah: 5
!$tBur (#ÿrâÉDé& žwÎ) (#rßç6÷èuÏ9 ©!$# tûüÅÁÎ=øƒèC ã&s! tûïÏe$!$# uä!$xÿuZãm (#qßJÉ)ãƒur no4qn=¢Á9$# (#qè?÷sãƒur no4qx.¨9$# 4 y7Ï9ºsŒur ß`ƒÏŠ ÏpyJÍhŠs)ø9$# ÇÎÈ  
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan (mengikhlaskan) ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus”
2.    QS. Yunus : 105
÷br&ur óOÏ%r& y7ygô_ur ÈûïÏe$#Ï9 $ZÿÏZym Ÿwur ¨ûsðqä3s? šÆÏB šúüÏ.ÎŽô³ßJø9$# ÇÊÉÎÈ  
“dan (aku telah diperintah): "Hadapkanlah mukamu kepada agama dengan tulus dan ikhlas dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang musyrik”
3.    QS. Al A’raaf : 29
ö@è% zsDr& În1u ÅÝó¡É)ø9$$Î/ ( (#qßJŠÏ%r&ur öNä3ydqã_ãr yZÏã Èe@à2 7Éfó¡tB çnqãã÷Š$#ur šúüÅÁÎ=øƒèC ã&s! tûïÏe$!$# 4 $yJx. öNä.r&yt/ tbrߊqãès? ÇËÒÈ  
“Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan". dan (katakanlah): "Luruskanlah muka (diri)mu di Setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali kepadaNya)"”
4.    QS. An Nisaa’ : 125
ô`tBur ß`|¡ômr& $YYƒÏŠ ô`£JÏiB zNn=ór& ¼çmygô_ur ¬! uqèdur Ö`Å¡øtèC yìt7¨?$#ur s'©#ÏB zOŠÏdºtö/Î) $ZÿÏZym 3 xsƒªB$#ur ª!$# zOŠÏdºtö/Î) WxŠÎ=yz ÇÊËÎÈ  
“dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya”
Maksud dari ayat-ayat diatas ialah amal-amal ibadah apa saja jika tidak dijiwai dengan ikhlas berarti tidak hidup, mati bagaikan bangkai, tidak membawa manfaat sama sekali. Malah, maaf, menjijikkan seperti bankai yang harus segera dikubur.[2]
C.      Perbedaan Ikhlas Zaman Dahulu dengan Zaman Sekarang
Ikhlas pada dasarnya adalah bersih hati, rela hati, atau tulus hati untuk memberikan atau menyerahkan atau merelakan sesuatu yang dimiliki, entah itu berupa tenaga, pikiran, uang atau dalam bentuk materi lainnya. Sesuai dengan yang di kehendaki pemberi dan disesuaikan pula dengan kondisi yang terjadi pada saat itu.
Ikhlas dianjurkan oleh Allah SWT. kepada kita semua saat melakukan segala sesuatu, apalagi di dalam beramal saleh. Begitu pula Nabi Muhammad saw. yang menyuruh umatnya untuk melandasi segala sesuatu pekerjaan atau kegiatan dengan tulus ikhlas.
Untuk lebih mudahnya kita membayangkan sifat ikhlas itu bagaimana bentuknya dan bagaimana cara melakukannya, kita bisa bayangkan hal berikut ini. Misalnya, dalam hal pahlawan yang berjuang di medan pertempuran pada saat dulu. Kita pasti sudah membaca buku-buku yang menerangkan bagaimana perjuangan pahlawan kita ketika melawan penjajah di negeri ini.
Kita biasa bayangkan, apabila para pahlawan ketika melawan para penjajah, tidak memiliki rasa ikhlas didalam dirinya, mereka pasti tidak semangat di dalam melawan penjajah. Bahkan, Mereka menjadi kalah dan kemerdekaan Indonesia tidak akan terwujud sampai sekarang.
Kalau itu terjadi, kita sekarang tidak bisa menikmatai dunia dengan nyaman, karena sewaktu-waktu kita bisa saja diserang oleh penjajah. Tapi, itu semua tidak terjadi pada saat ini karena peran besar pahlawan zaman dulu yang melandasi perjuangannya dengan ikhlas.
Tak heran apabila kemudian, kemenangan diraih para pahlawan meski dengan senjata yang sangat terbatas. Itu sudah membuktikan betapa dahsyatnya rasa ikhlas apabila sudah ada di dalam diri seseorang.
Semangat yang di landasi rasa ikhlas itu akan dapat mengalahkan segala hal yang berkaitan dengan kepentingan diri, yang kesemuanya berujung pada keegoisan diri (keinginan untuk mewujudkan kepentingan dirinya sendiri). Sehingga, dengan adanya semangat yang dilandasi rasa ikhlas itu, semua orang bisa menikmati jasa besar atau perjuangan yang telah dilakukan para pahlawan, tidak terkecuali diri kita. Itu merupakan manfaat besar dari sifat ikhlas. Mungkin, kalau kita sering diajak kedua orang tua kita melihat berita di televisi, kita bisa memandingkan sifat para pahlawan dengan sifat para pemimpin kita saat ini. Coba kita bayangkan, para pemimpin yang katanya merupakan pahlawan rakyat, justru semakin menyusahkan kehidupan rakyat.
Mereka mendasari segala perilakunya dengan tidak ikhlas. Mereka hanya mengharapkan imbalan ketika melakukan segala sesuatu. Sangat jauh dari pahlawan kita dulu, yang tidak pernah mengharapkan imbalan apapun dari segala sesuatu yang dilakukannya.
Akhirnya, kita bisa merasakan saat ini. Saat ini kita sekolah saja sudah harus membayar biaya yang tinggi. Bagi yang tidak mampu akhirnya tidak menyekolahkan anaknya dan akibat dari itu kemiskinan semakin meningkat. Banyak pemimpin kita yang melukukan korupsi, yang sama saja mencuri uang rakyat, tapi dengan cara yang halus. Dari hal ini kita sudah bisa membayangkan bagaimana bentuk dari ikhlas itu dan bagaimana pula dampaknya apabila sifat ikhlas itu tidak ada di dalam diri orang masing-masing.
Kalau masih belum paham juga wujud dari sifat ikhlas, mari simak contoh berikut yang lebih mudah lagi. Ketika kita memberikan sedekah kepada pengemis yang meminta-minta kepada diri kita, apa yang ada di dalam diri kita saat itu? Apabila kita tidak ikhlas memberi uang tersebut, pasti kita akan berat memberikan uang tersebut kepada pengemis itu, meskipun itu hanya bernilai sangat kecil bagi diri kita. Bahkan, kita akan terus memikirkan uang yang sudah kita berikan pada pengemis itu. Dalam setiap kesempatan, kita akan terbayang-bayang uang yang kita berikan. Hal itu justru akan menyusahkan diri kita sendiri.
Coba kalau kita ikhlas ketika memberi sedekah itu, kita pasti tenang dan tidak terbayang-bayang dengan uang yang sudah kita keluarkan itu. Makanya, latihlah diri untuk selalu memiliki sifat ikhlas ketika memberi apapun pada orang lain. Apabila kita mendasari segala sesuatu yang kita lakukan dengan ikhlas, setelah kita selesai melakukan perbuatan itu kita akan menjadi tenang. Dan tidak terus berfikiran serta terbayang-bayang dengan apa yang sudah kita berikan atau kita lakukan.
Kata ikhlas memang sudah biasa kita dengar, tapi pelaksanaannya secara nyata belum banyak terlihat. kita pasti sudah seringkali mendengar ungkapan “Dalam belajar atau menjalankan tugas, kita harus ikhlas”, dan “Perbuatan ikhlas adalah perbuatan yang terpuji’. Selain itu, seringkali pula kita dengar kalimat “Kita harus ikhlas melepas kepergiannnya untuk selamanya”.
Ungkapan dalam kalimat tersebut menunjukkan bahwa ikhlas adalah suatu bentuk perbuatan yang terpuji. Namun demikian, dalam prakteknya tidaklah semudah ketika kita mengucapkannya.
Maka, tidaklah heran apabila kini belum belum banyak orang yang bisa bersikap ikhlas, padahal dia sudah seringkali berkata “Akan melakukan segala sesuatu dengan ikhlas”. mungkin dia sudah bisa bersikap ikhlas, tetapi rasa ikhlas itu tidak sepenuhnya terwujud. Namun, hal itu lebih baik daripada rasa ikhlas tersebut tidak ada sama sekali dalam diri seseorang. Ibaratnya, rasa ikhlas itu bisa secara perlahan-lahan ditambah dan terus dipupuk dalam dirinya. Sehingga, ketika melakukan segala sesuatu, dia bisa bersikap ikhlas secara penuh dan tidak setengah-setengah.
Memang terkadang seseorang menjadi tidak ikhlas karena tidak rela memberikan barang atau sesuatu miliknya kepada orang lain, meskipun itu hanya sedikit. Atau kadang ketidakikhlasan itu terwiujud karena ada rasa tidak senang kepada orang lain dikarenakan dia pernah disakiti orang tersebut, sehingga ketika membantunya, ia melakukannya dengan terpaksa dan bisa pula karena ingin dilihat dan dipuji oleh orang lain. Sebetulnya banyak penyebab kilta menjadi tidak ikhlas, tergantung diri orang masing-masing. , terutama sifat pribadi seseorang itu sendiri.
Pada dasarnya, ikhlas mengandung pengertian memurnikan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. dari berbagai pandangan dan keyakinan yang buruk dari pribadi masing-masing. Ada juga yang berpendapat, kalau ikhlas itu adalah mereflesikan atau memikirkan setiap tujuan semata hanya kepada Allah swt., bukan karena pamer kepada orang lain atau ingin dipuji oleh orang lain dan teman-teman kita.
D.      Balasan Orang yang Tidak Ikhlas
“Maksud Hadis Nabi SAW: “Sesungguhnya manusia yang pertama dihisab pada hari kiamat nanti adalah seseorang yang mati syahid, di mana dia dihadapkan dan diperlihatkan kepadanya nikmat yang telah diterimanya serta ia pun mengakuinya, kemudian ditanya: Apakah yang kamu gunakan terhadap nikmat itu? Ia menjawab: Saya berjuang di jalan-Mu sehingga saya mati syahid. Allah berfirman: Kamu dusta, kamu berjuang (dengan niat) agar dikatakan sebagai pemberani, dan hal itu sudah terpenuhi. Kemudian Allah memerintahkan untuk menyeret orang tersebut yang akhirnya dia dilemparkan ke An Nar (neraka).
Kedua, seseorang yang belajar dan mengajar serta suka membaca Al Qur’an, dia dihadapkan dan diperlihatkan kepadanya nikmat yang telah diterimanya serta ia pun mengakuinya, kemudian ditanya: Apakah yang kamu gunakan terhadap nikmat itu? Ia menjawab: Saya telah belajar dan mengajarkan Al Qur’an untuk-Mu. Allah berfirman: Kamu dusta, kamu belajar Al Qur’an (dengan niat) agar dikatakan sebagai orang yang alim (pintar), dan kamu membaca Al Qur’an agar dikatakan sebagai seorang Qari’ (ahli membaca Al Qur’an), dan hal itu sudah terpenuhi. Kemudian Allah memerintahkan untuk menyeret orang itu yang akhirnya dia dilemparkan ke dalam An Nar (neraka).
Ketiga, seseorang yang dilapangkan rezekinya dan dikurniai berbagai macam kekayaan, lalu dia dihadapkan dan diperlihatkan kepadanya nikmat yang telah diterimanya serta ia pun mengakuinya, kemudian ditanya: Apakah yang kamu gunakan terhadap nikmat itu? Ia menjawab: Tidak pernah aku tinggalkan suatu jalan yang Engkau sukai untuk berinfaq kepadanya, kecuali pasti aku akan berinfaq kerana Engkau. Allah berfirman: Kamu dusta, kamu berbuat itu (dengan niat) agar dikatakan sebagai orang yang dermawan, dan hal itu sudah terpenuhi. Kemudian Allah memerintahkan untuk menyeret orang tersebut yang akhirnya dia dilemparkan ke dalam An Nar.” (HR Muslim)
Demikianlah ketiga orang yang beramal dengan amalan mulia tetapi tidak didasari keikhlasan kepada Allah. Allah lemparkan mereka ke dalam An Nar (neraka). Semoga kita termasuk orang-orang yang dapat mengambil pelajaran daripada kisah tersebut. “
                                                                                                                                                                       
BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Secara etimologis, kata ikhlas merupakan bentuk mashdar dari kata akhlasha yang berasal dari akar kata khalasha. Menurut Luis Ma’luuf, kata khalasha ini mengandung beberapa macam arti sesuai dengan konteks kaliamatnya. Ia bisa berarti shafaa (jernih), najaa wa salima (selamat), washala (sampai), dan I’tazala (memisahkan diri). Maksudnya, didalam menjalankan amal ibadah apa saja harus disertai dengan niat yang ikhlas tanpa pamrih apapun.
tidaklah heran apabila kini belum belum banyak orang yang bisa bersikap ikhlas, padahal dia sudah seringkali berkata “Akan melakukan segala sesuatu dengan ikhlas”. mungkin dia sudah bisa bersikap ikhlas, tetapi rasa ikhlas itu tidak sepenuhnya terwujud. Namun, hal itu lebih baik daripada rasa ikhlas tersebut tidak ada sama sekali dalam diri seseorang. Ibaratnya, rasa ikhlas itu bisa secara perlahan-lahan ditambah dan terus dipupuk dalam dirinya. Sehingga, ketika melakukan segala sesuatu, dia bisa bersikap ikhlas secara penuh dan tidak setengah-setengah.
Dan orang yang tidak ikhlas atau mengerjakan sesuatu bukan karna Allah dinamakan musyrik yang akan disiksa didalam neraka.
B.       Saran
Mari kita sebagai makhluk ciptaan Allah SWT kita usahakan ikhlas dalam beribadah kepada Allah SWT. Jangan sampi tergiur karna harta atau yang lainnya.






DAFTAR PUSTAKA

Mohammad Ruhan Sanusi, Kuliah wahidiyah, (jombang : DPP PSW, 2010)
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin, Riyadhus Shalihin.
http://faisalchoir.blogspot.com/2011/05/ikhlas.html
http://coretanbinderhijau.blogspot.com/2013/04/hadis-tentang-ikhlas-dan-keterangannya.html
http://andasayabisa.blogspot.com/2012/06/makalah-


[1] Mohammad Ruhan Sanusi, Kuliah wahidiyah, (jombang : DPP PSW, 2010), 194
[2] Ibid, 198

3 komentar:



  1. ♥♦♣♠ PELANGI QQ ♠♣♦♥
    Mari Bergabung bersama kami di Pelangi Q Q (,) me
    Situs Impian Para pecinta dan peminat Taruhan Online!!
    Segera Daftarkan diri Anda di PelangiQQ dan dapatkan Bonus yang sudah tersedia. Agen Poker Online Terpercaya dan Terbesar di Indonesia yang menggunakan Uang Asli.
    MINIMAL DEPOSIT & WITHDRAW Rp 25.000
    PelangiQQ Menyediakan 8 Permainan yang bisa di mainkan hanya dengan 1 User ID,yaitu:
    * Bandar66 (NEW GAME)
    * SAKONG
    * Poker
    * Domino99
    * Capsa susun
    * AduQ
    * BandarQ
    * Bandar Poker
    Keunggulan PELANGI Q Q :
    - PROSES DEPO & WD MUDAH TANPA RIBET
    - PROSES DEPO & WD TERCEPAT
    - KARTU-KARTU BERKUALITAS DISAJIKAN
    - CS RAMAH & INSPIRATIF SIAP MEMBANTU 24JAM
    - TIPS & TRIK MENJADI KEUNGGULAN SITUS INI
    - DAN TENTUNYA DEPOSIT YG TERJANGKAU BOS!!(MINIMAL DEPO & WD 25RB)
    Nikmati juga HOT PROMO bersama kami:
    * BONUS TURNOVER 0.3% (DIBAGIKAN SETIAP 5 Hari 1x)
    * BONUS REFERRAL 15% (SEUMUR HIDUP)
    Tunggu apalagi bos!! langsung daftarkan diri anda di PELANGI Q Q
    Bagaimana cara mendaftar? SIMPEL bos!!
    cukup kunjungi kami PELANGI Q Q
    klik daftar dan daftarkan diri anda
    atau bisa juga hubungi kami melalui LiveChat dan BBM yang akan melayani Anda 24 jam nonstop.
    - SKYPE : PELANGIQQ
    - LINE : PELANGIQQ
    - FACEBOOK : PokerPelangiReborn
    - PIN BB : E37271BF
    - WhatssApp : 6281231804952
    Salam Sukses & Hoki
    PELANGIQQ

    BalasHapus
  2. makasih tentang makalah nya sangat bermanfaat bagi saya

    BalasHapus