Bahasa Arab Adalah Bahasa Al-Qur'an


BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Bahasa arab merupakan bahasa suci al-Qur’an Arab adalah salah satu bahasa tertua di dunia. Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang awal mula munculnya bahasa Arab. Teori pertama menyebutkan bahwa manusia pertama yang melafalkan bahasa Arab adalah Nabi Adam’alaihissalâm. Analisa yang digunakan Nabi Adam alaihissalam (sebelum turun ke bumi) adalah penduduk surga, dan dalam suatu riwayat dikatakan bahwa bahasa penduduk surga adalah bahasa Arab, maka secara otomatis bahasa yang digunakan oleh Nabi Adam alaihissalam adalah bahasa Arab dan tentunya anak-anak keturunan Nabi Adam alaihissalam pun menggunakan bahasa Arab. Itulah salah satu sebab bahasa arab menjadi bahasa suci al-Qur’an.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah sejarah Bahasa Arab itu?
2.      Apa sebab Bahasa Arab mnjadi Bahasa al-Qur’an?
3.      Apakah muqaranah antara Bahasa Arab al-Qur’an dengan bibel?
4.      Apakah keistimewan Bahasa Arab al-Qur’an itu?
C.    Tujuan Masalah
Tujuan dibalik pembuatan pembuatan makalah ini tidak lain adalah untuk mengetaui sebab-sebab bahasa arab menjadi bahasa suci al-Qur’an. Dan juga kita bisa mengetahui bagaimanakah sejarah bahasa arab secara terperinci,dan mengetahui apa itu muQaranah dan bibel itu, juga tak lain dengan adanya makalah ini wawasan dan pemikiran akan bertambah.






BAB II
PEMBAHASAN

A.       SEJARAH BAHASA ARAB
Arab adalah salah satu bahasa tertua di dunia. Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang awal mula munculnya bahasa Arab. Teori pertama menyebutkan bahwa manusia pertama yang melafalkan bahasa Arab adalah Nabi Adam alaihissalam Analisa yang digunakan; Nabi Adam alaihissalaam (sebelum turun ke bumi) adalah penduduk surga, dan dalam suatu riwayat dikatakan bahwa bahasa penduduk surga adalah bahasa Arab, maka secara otomatis bahasa yang digunakan oleh Nabi Adam alaihissalam adalah bahasa Arab dan tentunya anak-anak keturunan Nabi Adam alaihissalam pun menggunakan bahasa Arab. Setelah jumlah keturunan Nabi Adam alaihissalam bertambah banyak dan tersebar ke pelbagai tempat, bahasa Arab yang digunakan saat itu berkembang menjadi jutaan bahasa yang berbeda. Teori ini kurang populer dikalangan ahli bahasa modern, khususnya di kalangan orientalis, dengan asumsi  bahwa tidak ada bukti ilmiah yang menyebutkan bahwa ‘Adam menggnakan bahasa arab sebagai bahasa sehari-hari.
Sedangkan Schlözer, seorang tokoh orientalis, mengemukakan bahwa bahasa Arab termasuk rumpun bahasa Semit. Teori ini diambil dari tabel pembagian bangsa-bangsa di dunia yang terdapat dalam kitab Perjanjian Lama. Tabel ini menggambarkan bahwa setelah terjadinya banjir nabi Nuh, semua bangsa di dunia berasal dari tiga orang putera nabi Nuh alaihissalam yaitu Syam, Ham, dan Yafis. Nama Semit diambil dari nama Syam, putera Nabi Nuh alaihissalam yang tertua. Namun teori ini juga mempunyai kelemahan. Tabel penyebaran putera-putera Nuh alaihissalam yang disebutkan dalam Perjanjian Lama hanya membagi bangsa berdasarkan pertimbangan politik dan geografis semata, tidak ada sangkut pautnya dengan bahasa.
Dalam perkembangannya, bahasa Arab terbagi menjadi dua bagian besar yaitu bahasa Arab Selatan dan Bahasa Arab Utara. Dr. Basuni Imamuddin dalam makalahnya tentang sejarah bahasa Arab menjelaskan tentang pembagian bahasa Arab sebagai berikut, Bahasa Arab terbagi menjadi dua yaitu bahasa Arab Selatan dan bahasa Arab Utara. Bahasa Arab Selatan disebut juga bahasa Himyaria yang dipakai di Yaman dan Jazirah Arab Tenggara. Bahasa Himyaria ini terbagi dua yaitu bahasa Sabuia dan bahasa Ma’inia. Tentang bahasa ini telah ditemukan artefak-artefak yang merujuk pada abad ke 12 SM sampai abad ke 6 M. Sedangkan bahasa Arab Utara merupakan bahasa wilayah tengah Jazirah Arab dan Timur Laut. Bahasa ini dikenal dengan bahasa Arab Fusha yang hingga kini dan masa-masa yang akan datang tetap dipakai karena al-Qur`an turun dan menggunakan bahasa ini. Bahasa ini mengalami penyebaran yang demikian luas bukan hanya di kalangan bangsa Arab saja tetapi juga di kalangan kaum muslimin di seluruh dunia.
Pada masa pra-Islam atau yang lebih dikenal dengan jaman jahiliyah– bahasa Arab mulai mencapai masa puncaknya (prime condition). Hal ini diawali dengan keberhasilan orang-orang Arab Badui di bawah pimpinan suku Quraisy menaklukan penduduk padang pasir, sehingga mulai saat itu bahasa Arab dijadikan bahasa utama dan mempunyai kedudukan yang mulia di tengah kehidupan masyarakat sahara. Hal lain yang tidak bisa kita pungkiri untuk membuktikan kemajuan bahasa Arab pada masa jahiliyah adalah kemampuan masyarakat jahiliyah untuk menciptakan syair-syair indah baik dari segi retorika ataupun makna. Bahkan saat itu telah diadakan lomba pembuatan syair atau puisi, syair yang menjadi pemenang dalam perlombaan tersebut nantinya akan dipamerkan di tengah masyarakat dengan cara digantung di dalam Ka’bah, syair-syair ini dikenal dengan nama syair Mu’allaqât. Penyair-penyair terkenal yang sering memenangkan perlombaan tersebut antara lain, Amru al-Qais, Zuhair bin Abi Salmi, Al-‘Asya, Al-Hantsa, Zaid bin Tsabit, dan Hasan bin Tsabit. Kemajuan syair-syair Arab pada masa ini, tak luput dari perhatian ahli-ahli bahasa pada masa Islam, bahkan ‘Abdullah bin ‘Abbas rahimakumullah menjadikan syair-syair jaman jahiliyah sebagai rujukan untuk mendefiniskan beberapa kata dalam al-Qur’an yang kurang jelas maknanya, “syair/puisi adalah referensi orang Arab.[1]
Islam datang dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW saat itulah al-Qur’an diturunkan, tentu saja menggunakan bahasa Arab yang paling sempurna/baku dengan keindahan retorika dan kedalaman makna yang tak tertandingi. Allah -Subhânahu wa Ta’âla- tidak menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa al-Qur’an melainkan karena ia adalah bahasa terbaik yang pernah ada. Allah -Subhânahu wa Ta’âla- berfirman, “Sesungguhnya Kami telah jadikan al-Qur’an dalam bahasa Arab supaya kalian memikirkannya.” (Yusuf: 2). Allah -Subhânahu wa Ta’âla-  juga berfirman, “Dan sesungguhnya al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Pencipta Semesta Alam, dia dibawa turun oleh ar-Ruh al-Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas” (Asy Syu’ara: 192-195). Keindahan bahasa al-Qur’an juga diakui oleh Janet Holmes, orientalis pemerhati bahasa. Dia mengatakan bahwa al-Qur’an dilihat dari segi sosiolinguistik atau teori diglosia dan poliglosia mengandung high variety (varitas kebahasaan yang tinggi).
Diturunkannya al-Qur’an dengan bahasa Arab menandai terjadinya revolusi fungsi pembelajaran bahasa Arab. Paska diturunkannya al-Qur’an, dorongan untuk mempelajari bahasa Arab lebih dikarenakan faktor agama daripada faktor-faktor lainnya (ekonomi, politik dan sastra). Bahkan bisa dikatakan bahwa perkembangan bahasa Arab berbanding lurus dengan penyebaran agama Islam. Adapun penulisan huruf Arab telah dimulai jauh lebih dulu dari pada turunnya al-Qur`an. Namun saat itu huruf Arab belum mengenal titik dan harakat, sehingga paska meninggalnya Rasulullah -shallallâhu’alaihi wasallam- dan beberapa sahabat, mulai muncul kesalahan dalam membaca beberapa kata dalam al-Qur’an. Seperti kata yang bisa dibaca فتبينوا /fatabayyanû/ atau فتنبثوا /fatanabbatsû/. Untuk menghilangakan kesalahan tersebut maka dibuatlah titik dan harakat. Orang pertama yang menuliskan titik dan harakat pada bahasa Arab adalah Abu al-Aswad ad-Duali. 
B.       SEBAB BAHASA ARAB MENJADI BAHASA AL-QUR’AN
1.    Al-Qur’an untuk Semua Manusia
Berbeda dengan kitab suci agama sebelum Islam yang diperuntukkan khusus kepada kalangan terbatas, Al-Qur’an diperuntukkan untuk seluruh makhluk melata yang bernama manusia. Maka bahasa yang digunakan Al-Qur’an haruslah bahasa yang punya posisi strategis bagi semua bangsa manusia. Dan bahasa itu adalah bahasa arab dengan sekian banyak alasannya. Di antaranya:
a.       Bahasa arab adalah bahasa tertua di dunia.
ahli sejarah bahasa mengatakan bahwa Nabi Adam as dan istrinya Hawwa adalah manusia yang pertama kali menggunakan bahasa Arab. Sebab mereka diciptakan di dalam surga, dimana ada dalil yang menyebutkan bahwa bahasa penduduk surga adalah bahasa arab. Ketika Adam as menjejakkan kaki pertama kali di permukaan planet bumi, maka bahasa yang dilafadzkannya tentu bahasa arab.
Kalau kemudian anak-anak Adam berkembang biak dan melahirkan jutaan bahasa yang beragam di muka bumi, semua berasal dari bahasa arab. Jadi bahasa arab memang induk dari semua bahasa yang dikenal umat manusia. Wajar pula bila Al-Qur’an yang diperuntukkan untuk seluruh umat manusia menggunakan bahasa yang menjadi induk semua bahasa umat manusia.
b.      Bahasa Arab Paling Banyak Memiliki Kosa Kata
Sebagai induk dari semua bahasa di dunia dan tetap digunakan umat manusia hingga hari ini, wajar pula bila bahasa Arab memiliki kosa kata dan perbendaharaan yang sangat luas dan banyak. Bahkan para ahli bahasa Arab menuturkan bahwa bahasa Arab memiliki sinonim yang paling menakjubkan. Kata unta yang dalam bahasa Indonesia hanya ada satu padanannya, ternyata punya 800 padanan kata dalam bahasa arab, yang semuanya mengacu kepada satu hewan unta. Sedangkan kata ‘anjing’ memiliki 100-an padanan kata.
Fenomena seperti ini tidak pernah ada di dalam bahasa lain di dunia ini. Dan hanya ada di dalam bahasa arab, karena faktor usia bahasa arab yang sangat tua, tetapi tetap masih digunakan sebagai bahasa komunikasi sehari-hari hingga hari ini. Dengan alasan ini maka wajar pula bila Alloh SWT memilih bahasa arab sebagai bahasa yang dipakai di dalam Al-Qur’an.
2.    Al-Qur’an berlaku sepanjang masa
Berbeda dengan kitab suci agama lain yang hanya berlaku untuk masa yang terbatas, Al-Qur’an sebagai kitab suci diberlakukan untuk masa waktu yang tak terhingga, bahkan sampai datangnya kiamat. Maka bahasa yang digunakan Al-Qur’an haruslah bahasa yang tetap digunakan oleh umat manusia sepanjang zaman.
Kenyataannya, sejarah manusia belum pernah mengenal sebuah bahasa pun yang tetap eksis sepanjang sejarah. Setiap bahasa punya usia, selebihnya hanya tinggal peninggalan sejarah. Bahkan bahasa Inggris sekalipun masih mengalami kesenjangan sejarah. Maksudnya, bahasa Inggris yang digunakan pada hari ini jauh berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh orang Inggris di abad pertengahan. Kalau Ratu Elizabeth II masuk ke lorong waktu dan bertemu dengan ‘mbah buyut’-nya, King Arthur, yang hidup di abad pertengahan, mereka tidak bisa berkomunikasi, meski sama-sama penguasa Inggris dizamannya. Mengapa? Karena meski namanya masih bahasa Inggris, tapi kenyataannya bahasa keduanya jauh berbeda. Karena setiap bahasa mengalami perkembangan, baik istilah maupun grammar-nya. Setelah beratus tahun kemudian, bahasa itu sudah jauh mengalami deviasi yang serius.
Yang demikian itu tidak pernah terjadi pada bahasa Arab. Bahasa yang diucapkan oleh nabi Muhammad SAW sebagai orang arab yang hidup di abad ke-7 masih utuh dan sama dengan bahasa yang dipakai oleh Raja Abdullah, penguasa Saudi Arabia di abad 21 ini. Kalau seandainya keduanya bertemu dengan mesin waktu, mereka bisa ‘ngobrol ngalor ngidul’ hingga subuh dengan menggunakan bahasa arab.
Dengan kenyataan seperti ini, wajarlah bila Alloh SWT memilih bahasa arab sebagai bahasa Al-Qur’an Al-Kariem yang abadi. Kalau tidak, boleh jadi Al-Qur’an sudah musnah seiring dengan musnahnya bahasanya.
3.    Al-Qur’an Mengandung Informasi yang Padat
            Diantara keistimewaan bahasa arab adalah kemampuannya menampung informasi yang padat di dalam huruf-huruf yang singkat. Sebuah ungkapan yang hanya terdiri dari dua atau tiga kata dalam bahasa arab, mampu memberikan penjelasan yang sangat luas dan mendalam. Sebuah kemampuan yang tidak pernah ada di dalam bahasa lain.
Makanya, belum pernah ada terjemahan Al-Qur’an yang bisa dibuat dengan lebih singkat dari bahasa arab aslinya. Semua bahasa umat manusia akan bertele-tele dan berpanjang-panjang ketika menguraikan isi kandungan tiap ayat. Sebagai contoh, lafadz ‘ain dalam bahasa arab artinya ‘mata’, ternyata punya makna lain yang sangat banyak. Kalau kita buka kamus dan kita telusuri kata ini, selain bermakna mata juga punya sekian banyak makna lainnya. Di dalam kamus kita mendapati makna lainnya, seperti manusia, jiwa, hati, mata uang logam, pemimpin, kepala, orang terkemuka, macan, matahari, penduduk suatu negeri, penghuni rumah, sesuatu yang bagus atau indah, keluhuran, kemuliaan, ilmu, spion, kelompok, hadir, tersedia, inti masalah, komandan pasukan, harta, riba, sudut, arah, segi, telaga, pandangan, dan lainnya.Bahasa lain tidak punya makna yang sedemikian padat yang hanya terhimpun dalam satu kata dan hurufnya hanya ada tiga. Dan wajar pula bila Alloh SWT berkenan menjadi bahasa arab sebagai bahasa untuk firman-Nya yang abad.
4.    Al-Qur’an Harus Mudah Dibaca dan Dihafal
Sesuai dengan fungsi Al-Qur’an yang salah satunya sebagai pedoman hidup pada semua bidang kehidupan, Al-Qur’an harus berisi beragam materi dan informasi sesuai dengan beragam disiplin ilmu. Dan kita tahu bahasa dan istilah yang digunakan di setiap disiplin ilmu pasti berbeda-beda. Dan sangat boleh jadi seorang yang ahli di dalam sebuah disiplin ilmu akan menjadi sangat awam bila mendengar istilah-istilah yang ada di dalam disiplin ilmu lainnya. Salah satu karakteristik bahasa Arab adalah mudah untuk dihafalkan, bahkan penduduk gurun pasir yang tidak bisa baca tulis pun mampu menghafal jutaan bait syair. Dan karena mereka terbiasa menghafal apa saja di luar kepala, sampai-sampai mereka tidak terlalu butuh lagi dengan alat tulis atau dokumentasi. Kisah cerita yang tebalnya berjilid-jilid buku, bisa digubah oleh orang arab menjadi jutaan bait puisi dalam bahasa arab dan dihafal luar kepala dengan mudah. Barangkali fenomena ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan tulis menulis kurang berkembang di kalangan bangsa arab saat itu. Buat apa menulis, kalau semua informasi bisa direkam di dalam otaknya?
5.    Al-Qur’an Harus Indah dan Tidak Membosankan
Salah satu keunikan bahasa arab adalah keindahan sastranya tanpa kehilangan kekuatan materi kandungannya. Sedangkan bahasa lain hanya mampu salah satunya. Kalau bahasanya indah, kandungan isinya menjadi tidak terarah. Sebaliknya, kalau isinya informatif maka penyajiannya menjadi tidak asyik diucapkan. lihatlah surat Al-Fatihah, dibaca orang ribuan kali baik di dalam shalat atau di luar shalat, belum pernah ada orang yang merasa bosan atau terusik ketika diperdengarkan. Bahkan bacaan Al-Qur’an itu begitu sejuk di hati, indah dan menghanyutkan. Itu baru pendengar yang buta bahasa arab. Sedangkan pendengar yang mengerti bahasa arab, pasti ketagihan kalau mendengarnya.
Tidak ada satu pun bahasa di dunia ini yang bisa tetap terdengar indah ketika dibacakan, namun tetap mengandung informasi kandungan yang kaya, kecuali bahasa arab. Maka wajarlah bila Alloh SWT berfirman dengan bahasa arab.[2]
Dan jikalau Kami jadikan al-Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan, “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya? (QS. Fushshilat: 44)
C.       MUQARANAH ANTARA BAHASA ARAB AL-QUR’AN DENGAN BIBEL
Persamaan dan perbedaan dengan riwayat dengan bibel. Berbeda dengan  Perjanjian  Lama,  Qur-an  tidak  menyajikan suatu  riwayat yang  menyeluruh tentang penciptaan. Sebagai ganti suatu riwayat yang sambung menyambung,  kita  dapatkan di  beberapa  tempat dalam Qur-an ayat-ayat yang menunjukkan aspek-aspek tertentu daripada penciptaan dan memberi sedikit banyak perincian mengenai kejadian-kejadian yang menunjukkannya  secara berturut-turut. Untuk mempunyai gambaran  yang jelas tentang bagaimana kejadian-kejadian itu disajikan,  kita  harus  mengumpulkan   bagian-bagian   yang terpisah-pisah dalam beberapa surat.
Menyebutkan  sesuatu  kejadian  dalam  beberapa tempat dalam Qur-an  tidak  hanya  khusus  mengenai  penciptaan. Banyak soal-soal  penting juga dilakukan semacam itu, baik mengenai kejadian-kejadian di  bumi  atau  di  langit  atau  mengenai soal-soal  tentang  manusia  yang  sangat  penting bagi ahli Sains. Bagi  tiap-tiap  kejadian  tersebut,  telah  diadakan suatu pengumpulan ayat-ayat.
Bagi   banyak   pengarang   Eropa,  riwayat  Qur-an  tentang sangat mirip dengan  riwayat  Bibel,  dan  mereka senang   untuk   menunjukkan  dua  riwayat  tersebut  secara paralel. Saya merasa bahwa ide  semacam  itu  salah,  karena terdapat  perbedaan-perbedaan yang nyata antara dua riwayat. Dalam soal-soal yang penting dari segi ilmiah, kita dapatkan dalam  Qur-an  keterangan-keterangan  yang  tak  dapat  kita jumpai     dalamm bibel. Dan bibel memuat perkembangan-perkembangan  yang  tak  ada bandingannya dalam Qur-an.
Persamaan yang semu antara  dua  teks  sangat  terkenal;  di antaranya  angka-angka yang berurut tentang penciptaan, pada permulaannya nampak identik; enam  hari  dalam  Qur-an  sama dengan  enam  hari  dalam  Bibel.  Tetapi  pada  hakekatnya, persoalannya adalah lebih kompleks dan perlu diselidiki.[3]
D.       KEIATIMEWAAN DAN MUKJIZAT AL-QUR’AN
Para ahli bahasa arab telah menekuni ilmu bahasa ini dengan segala variasinya sejak bahasa itu tmbuh sampai remaja dan mekar dan menjadi raksasa yang tegar dalam masa kemudaan nya. Mereka mengubah puisi dan perosa, kata-kata bijak masal dan tunduk pada aturan bayan dan diekspresikan dalam uslub-uslubnya yang memukaudalam gaya hakiki dan majasi, itnab dan i’zaj serta tutur dan ucapannya. Meskipun bahasa itu telah meningkat dan tinggi tetapi di hadapan Qur’an, dengan kemukjizatan bahasanya, ia menjadi pecahan-pecahan tunduk yang hormat dan takut terhadap uslub al-Qur’an.[4]
Qur’an dimana orang arab tidak mampu menandingi itu, sebenarnya tidak keluar dari aturan-aturan kalam mereka, baik lafad dan huruf-hurufnya maupun susunan dan uslubnya. Akan tetapi jalinan huruf-hufufnya serasi, ungkapan nya indah, uslub nya manis, ayat-ayatnya teratur, serta memperhatikan sesuatu dan kondisi dalam berbagai macam bayannya, baik jumlah ismiyah dan fi’liyahnya, dalam nafi dan isbatnya dalam zikr dan hadznya. Dalam hal-hal tersebut Qur’an telah mencapai puncak tertinggi yang tidak sanggup kemampuan bahsa manusia untuk menghadapinya.
Qadi Abu Bakar al-Baqalani berkata: “Keindahan susunan al-Qur’an menganduk bebrapa aspek kemukjizatan. Diantaranya ada yang kembali kepada kalimat, yaitu bahwa susunan al-Qur’an, dengan berbagai wajah dan madzhabnya berbeda dengan sistem dan tata urutan yang telah umum dan dikenal luas dalam perkataan mereka”.
Sesuai dengan yang digambarkan Allah : “allah telah menurunkan perkataan yang paling baik yaitu Qur’an yang serupa lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang yang takut kepada tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka diwaktu mengingat allah.” (az-zumar[39]:23)
Betapa menakjubkan rangkaian al-Qur’an betapa indah susunannya. Tak ada kontradiksidan perbedaan didalam nya, padahal ia membeberkan banyaksegi yang dicakupnya.seperti kisah dan nasehat, argumentasi, hikmah dan hukum, tuntutan dan peringatan, janji dan ancaman, kabar gembira dan kabar duka serta akhlak mulia, pekerti baik dan lain-lainya.
Tidak diragukan lagi bahwa keutamaan dan keistimewaan al-Qur’an sangat banyak karna al-Qur’an merupakan kitab yang dijadikan allah swt  untuk membebaskan ummat ini dari kebodohan dan kesehatan.
Al-Qur’an adalah kitab allah yang terakhir diturunkan kepada nabi yang terakhir dan membawa agama yang terakhir. Al-Qur’an adalah risalah abadi allah karna merupakan kalam allah, berisi bimbingan ke jalan yang lurus dan perundang-undangan yang kokoh dan fleksibel serta bisa mengantarkan tercapainya seluruh kebahagiaan. Ia juga sebagai mukjizat yang bersifat kontinyu dihiasi rahmad yang banyak hikmah yang indah dan kenikmatan yang sempurna yang kesemua itu bisa terwujudkan terciptanya kesejahteraan bagi para sarjana yang terbuka hatinya untuk slalu mengkaji dan mengamalkannya.
Al-Qur’an bagaikan minuman yang bis direguk oleh para sastrawan yang haus kebenaran, perlindungannya membuat takhluk segala pandangan dan membuat hati manusia bersyimpuh penuh ras syukurslalu mengumandangka bacaan al-Qur’an adalah fakultas syari’ah tiang agama dan sumber hikmah. Ia adalah pertanda risalah, sinar cahaya mata dan hati. Ia juga satu-satunya way of life dalam menuju allah, satu-satunya benteng yang kuat dan satu-satunya pegangan yang kokoh.
Al-Qur’an adalah kitab agama allah yang memuat berbagai aspek kehidupan umat manusia baik dalam hal akidah, ibadah, hukum, hikmah, sastra, akhlak, kisah-kisah, nasihat-nasihat, ilmu pengetahuan, berita, hidayah, dan pijakan argumentasi. Al-Qur’an adalah dasar-dasar risalah taukhid, kasih sayang disandarkan pada hubungan umat manusia dan sebagai penuntun yang jelas untuk menggapai sebuah kebahagiaan dan kesejahteraan hidup.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang keistimewaan al-Qur’an bisa ditemukan dalam ayat-ayat al-Qur’an sndiri dan al-hadits yang jumlahnya sangat banyak.[5]
















                                                                                                                                                    
BAB III
PENUTUP

A.       KESIMPULAN
Al-Quran di turunkan dengan bahasa Arab. Sunnah nabi SAW di sampaikan kepada ummat Islam dengan bahasa Arab. kitabkitab asbanun nuzul qur’an di tulis dengan bahasa arab. kitab, asbabul wurud al ahdits, juga dengan bahasa arab. shalat kita, diwajibkan dengan bahasa arab. Buku-buku Sejarah Islam, banyak ditulis dengan bahasa Arab. pendapat Imam-Imam Mujtahid dalam Islam, ditulis dengan bahasa Arab. Ilmu-ilmu Islam, banyak bersumber dari buku-buku berbahsa arab. konon, terdapat suatu hadits, di surga kelak memakai bahasa arab. Allah SWT memilih negari Arab sebagai tempat turunnya Islam di bumi. serta, nabi-nabi Allah SWT juga di Arab.
Bahasa Arab adalah bahasa yang menduduki peringkat ke enam di dunia sebagai bahasa yang paling banyak digunakan serta sebagai bahasa resmi yang digunakan PBB. Sampai sekarang Bahasa Arab adalah bahasa yang paling berkembang jumlah penuturnya dibandingkan dengan anggota- anggota rumpun Bahasa Semit yang lain.
B.     SARAN
Pada zaman sekarang era globalisasi sudah sangat canggih dan ilmu pengetahuan  sangat luas diperoles alangkah baiknya seseorng tetaplah mempelajari dan menghafal al-Qur’an lebih-lebih bisa mengamalkan nya pada kehidupan sehari-hari. Dan dapat memeplajari sejarah-sejarah awal mula knapa bahasa arab bisa menjadi bahasa al-Qur’an terkait dengan pembahasan makalah ini. Dan semoga kita semua slalu mendapat kmudahan dalam mencari ilmu. Amin.





DAFTAR PUSTAKA

Ar-rum, fahd bin abdurrahman, dirosat fi ulum al-Qur’an (titian ilahi press, 1997)
Manna, Al-Qattan, studi ilmu-ilmu al-Qur’an (surabaya: CV.rasma putra)
Maurice, Bucaile, the bibel al-Qur’an and science (jakarta: bulan bintang 1979)


[3] Bucaile maurice, the bibel al-Qur’an and science (jakarta: bulan bintang 1979)
[4] Al-Qattan manna, studi ilmu-ilmu al-Qur’an (surabaya: CV.rasma putra) 379
[5][5]Ar-rum,fahd bin abdurrahman, dirosat fi ulum al-Qur’an (titian ilahi press, 1997)73-74

1 komentar:

  1. Bahasa yg di gunakan. Tdk baku...masih kurang tanda baca dan kata sambung

    BalasHapus