BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejarah Islam di
Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping menjadi salah satu
faktor pemersatu bangsa juga memberikan nuansa baru dalam keberislamannya di
negara-negara Islam lain, terutama di Timur Tengah. Islam di Indonesia ternyata
mampu berinteraksi dengan budaya lokal, seperti bentuk masjid dan tata cara
yang mengiringi ritual keagamaan. Masjid di Demak adalah perpaduan dari budaya
lokal dengan masjid, begitu pula upacara sekatenan di Yogyakarta setiap bulan
Maulud adalah bagian yang tidak terpisahkan dari budaya lokal yang terpadu
dengan peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW.Kalau diteliti lebih jauh banyak
sekali keunikan dalam keberislaman di Indonesia. Oleh Azyumardi Azra
fenomena tersebut dikatakan
sebagai bentuk akomodasi
Islam di Indonesia. Dia membagi Islam dalam konteks tradisi besar dan
tradisi kecil.Tradisi besar adalah yang mengandung ajaran-ajaran pokok Islam,
seperti syahadat, shalat, dan puasa.Disamping
tradisi besar itu, terdapat tradisi kecil yang mengiringinya, seperti
membawa obor ketika malam-malam ganjil setelah tanggal 20 Ramadhan untuk
mencari Lailatul Qadar.Dinamika
inilah yang terjadi di Indonesia, sehingga warna keislaman lebih bervariasi
dibandingkan ditempat asalnya.
Ketika Islam
datang, sebenarnya kepulauan Nusantara sudah mempunyai peradaban yang bersumber
kebudayaan asli pengaruh dari peradaban Hindu-Budaha dari India, yang
penyebaran pengaruhnya tidak merata.Di Jawa telah mendalam, di Sumatera
merupakan lapisan tipis, sedang dipulau-pulau lain belum terjadi.Walaupun
demikikan, Islam dapat cepat menyebar. Hal itu disebabbkan Islam yang dibawa
oleh kaum pedagang maupun para da’i dan ulama’, bagaimanapun keislaman para
da’i dan ulama’ masa awal, mereka semua menyiarkan suatu rangkaian ajaran dan
cara serta gaya hidup yang secara kualitatif lebih maju dari pada peradaban
yang ada. Dalam bidang perenungan teologi monoteisme dibandingkan teologi
politeisme, kehidupan masyarakat tanpa kasta, juga dalam dalam sufisme Islam
lebih maju dan lebih mendasar dari pada mistik pribumi yang dipengaruhi mistik
Hindu-Budha.Demikian pula dalam pengembangan intelektual dan keseniaan.
Dari sini, pembaca
akan diajak untuk memahami tentang sejarah
peradaban Islam di Indonesia serta perkembangan-perkembangannya, baik
dari perkembangan politik, seni budaya, pendidikan, dan khususnya perkembangan
intelektual Islam di Indonesia, meliputi perkembangan fiqih beserta tokohnya,
perkembangan tasawuf dan tarekat, aspek falsafah Islam, perkembangan tafsir dan
al-Qur’an, serta pembaharuan Islam di Indonesia.
B. Pokok-Pokok Permasalahan
Untuk membicarakan Sejarah Islam di Indonesia mengingat
materi yang sangat luas dan mengingat waktunya yang terbatas maka perkenankan
kami dalam tulisan ini hanya ajan menyampaikan polol-pokok permasahannya yang
meliputi:
1. Kedatangan Islam ke Indonesia dan
proses penyebarannya;
2. Pertumbuhan dan Perkembangan
Kesultanan-Kesultanan di Nusantara;
3. Kesmpulan dan Upaya Menumbuhkan
Citra Kejayaan Islam
.
C. Uraian Singkat
Kedatangan dan
Penyebaran Islam di Indonesia ada teori yang
berpendapat baru abad ke-13 M. yang dikemukakan oleh Snouck Hurgronje
dan lainnya, dan yang berpendapat sudah sejak abad pertama Hijriyah atau abad
ke-7 Masehi yann antara lain dikemukakan W.P. Groeneveldt, Syeikh Muhammad
Naguib Al-Attas, S.Q. Fatimi, Hamka, Uka
Tjandrasasmita dll. Masing-masing golongan membuat argumentasinya.Tetapi
bagaimanapun kami berpendapat yang benar abad ke-1 H. atau abad ke-7 M. dan
langsung dari Arabia (Kami telah membicarakan kelemahan-kelemahan teori abad
ke-13 M. dalam Sejarah Nasional Indonesia III, sejak tahun 1975 dan seterusnya
serta dalam berbagai tulisan lainnya. Kedatangan Islam awalnya melalui
perdagangan Internasional dan penyebaran atau penyampaiannya secara lebih mendalam oleh para da’i dan para wali (Di Jawa Wali
Sanga) yang berasal dari luar atau dari Indonesia sendiri. Waktu kedatangan
dan penyebaran Islam di Indonesia melalui beberapa fase dan yang abad ke-7 M.
baru di bagian Barat Indonesia saja, Penyebaran Islam di Indonesia bahkan di
wilayah Asia Tenggara berjalan dengan damai sesuai dengan prinsip-prinsip
konsep Islam. Proses Islamisasi melalui berbagai jalur : Perdagangan,
Pernikahan, Memasuki birokrasi, Sufisme,
Pendidikan (Pesantren), Kesenian.
BAB II
PEMBAHASAN
A. MASUK DAN BERKEMBANGNYA ISLAM DI INDONESIA
Suatu kenyataan
bahwa islam dtang keidonesia dilakukan scara damai. Berbeda ddengan penyebatran
islam di timur tengah yang dalam beberapa kasus. Disrtai dengan pendudukan wilayah oleh militer muslim. Islam dalam
batas tertentu disebarkan oleh pedagang,
kemudin dilanjutkan oleh para guru agama (da’i) dan pengembara sufi. Oeh kaena
itu, wjar kalau terjadiperbedaan pendapat tentang kpan, dari mana, dan dimana
pertama kali islam datang kenusantara. Namun, secara garis besar perbedaan
pendapat itu dapat dbagi menjadi sebagai berikut :
1.
Islam datang keindonesia pada abad
ke- 13 M dari Gujarat (bukan dari arab langsung)dengan bukti ditemukannya makam
sultan yang beragama islam pertama malik as-Sholeh, raja pertama kerajaan
smudraoleh, raja pertama kerajaan Smudra pasai yang dikatakan berasal dari
Gujarat.
2.
Islam datang ke Indonesia pada
abad pertama Hijriyah ( abad ke-7 sampai 8) langsung dari arab dengan bukti
jalur pelayaran yang ramai dan bersifat itetrnasional sudah dimulai jauh
sebelum abad ke-13 (yaitu sudah ada sejak abad ke-7 M) melalui selat Malaka
yang menghubungkan Dnasti Tang di Cina ( Asia Timur), Sriwijaya di Asia
Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat.[1]
3.
Sarjan Muslim kontemporer seperti
Taufiq Abdullah mengkompromikan kedua pendapat tersebut. Menurut pendapatnya
memang benar Islam sudah datang ke Indonesia sejak abad pertama Hijriyah atau
abad ke-7 atau ke-8 Masehi, tetapi baru dianut oleh para pedagang Timur Tengah
dipelabuhan-pelabuhan. Barulah islam masuk secara besar-besaran dan mempunyai
kekuatan politik pada abad ke-13 dengan berdirinya kerajaan Samudra Pasai.[2]
Dari keterangan diatas dapat
dijelaskan bahwa tersebarnya Islam keindonesia adalah melalui salura-saluran
sebagai berikut:
1.
Perdagangan, ang mempergunakan
saran pelayaran.
2.
Dakwah, yang dilakukan oleh
mubalig yang berdatangan bersama parapedagang.
3.
Perkawinan, yaitu perkawinan
antara pedagang Muslim, Mubalig dengan anak bangsawan Indonesia.
4.
Pendidikan, setelah kedudukan para
pedagang menetap, mereka menguasai kekuatan ekonomi dibandar-bandar seperti
Gresik. Selain menjadi pusat-pusat
pendidikan, yang disebut pesantren, di Jawa juga merupakan markas
penggemblengan kader-kader politik. Misalnya, Raden Fatah, Raja Islam pertama
Demak, adalah santri pesantren Ampel Denta; Sunan Gunung Jati, Sultan Cirebon
pertama adalah didikan pesantren Gunung Jati dengan syaikh Dzatu Kahfi; Maulana
Hasanuddin yang diasuh ayahnya Sunan Gunung Jati yang kelak menjadi Sultan
Banten pertama.[3]
5.
Tasawuf dan Tarekat, sudah
diterangkan pula bahwa bersamaan dengan pedagang, datang pula para ulama, da’I,
dan sufi pengembara. Kemudian mereka diangkat menjadi penasihat dan atau
pejabat agama di kerajaan. Seperti di
Aceh ada Syaikh Hamzah Fansuri, Syamsuddin Sumatrani, Nurudin ar-Raniri, Abd.
Rauf Singkel. Demikian pula kerajaan-kerajaan di Jawa mempunyai penasuhat yang
mempunyai gelar wali, yang terkenal adalah Wali Songo.Para sufi menyebarkan
Islam dengan dua cara:
a)
Dengan membentuk kader Mubalig,
agar mampu mengajarkan serta menyebarkan agama Islam didaerah asalnya
b)
Melalui karya-karya tulis tersebar
dan dan dibaca berbagai tempat. Di abad ke-17, Aceh adalah pusat perkembangan
karya-karya keagamaan yang ditulis para ulama dan para sufi.
6.
Kesenian, saluran yang banyak
sekali dipakai untuk penyebaran Islam terutama di Jawa adalah seni. Wali Songo,
terutama Sunan Kali Jaga, juga mempergunakan banyak cabang seni untuk
Islamisasi, seni arsitektur, gamelan, wayang, nyanyian, dan seni busana.
Penyebaran Islam secara kasar dapat
dibgi dalam tiga tahap:
Pertama, dimulai dengan
kedatangan Islam, yang diikuti oleh kemorosotan kemudian keruntuhan Majapahit
pada abad ke-14 sampai ke-15.
Kedua, sejak datang dan
mapannya kekuaaan colonial Belanda di Indonesia sampai abad ke-19.
Ketiga, bermula pada awal abad
ke-20 dengan terjadinya “liberalisasi” kebijaksanaan pemerintah colonial
Belanda di Indonesia.
B. Perkembangan Islam di Nusantara
islam di
Indonesia (Asia Tenggara) meruopakansalah satu dari tujuh cabang peradaban
Islam (sesudah hancurnya persatuan peadaban islam yang berpusat di Bagdad Tahun
1258 M). Ketujuh cabang tersebut secra lengkap adlahperadaban islam arab, islam
persi, islam turki, islam afrika hitam, islam anak n=benua india, islam arab
melayu, dan islam cina.
Konversi massal masyarakat nusantara
kepada islam pada mas aperdagangan terjadi karena beberapa sebab sebgai
berikut:
a.
Portabilitas (siap pakai) system
keimanan islam
b.
Asosiasi islam dengan kekayaan
c.
Kejayaan militer
d.
Memperkenalkan tulisan
e.
Mengajarkan penghafalan
f.
Kepandaian dalam penyembhan
g.
Pengajaran tentang moral
Melalui
sebab-sebab itu islam cepat mendpatkan
m=pengikut yang bnyak. Sebagaimana telah
disebutkan terdahulu bahwa [edagang Muslim asal arab,persi india dipekirakan
telah sampai ke kepulauan Indonesia untuk berdagang sejak abad ke-7 (ke-1 H),
ketika islam di Timur tengah mulai berkembang ke luar dari Jazirah arab.
C. Perkembangan Politik Islam di Indonesia
1.
Sebelum Kemerdekaan
Islam masuk ke
Indonesia pada abad pertama hijriyah atau abad ke tujuh sampai abad ke delapanmasehi.
Ini mungkin didasarkan kepada penemuan batu nisan seorang wanita muslimah yang
bernama Fatimah binti Maimun dileran dekat Surabaya bertahun 475 H atau 1082 M.
Sedang menurut laporan seorang musafir Maroko Ibnu Batutah yang mengunjungi
Samudera Pasai dalam perjalanannya ke negeri Cina pada tahun 1345 M. Agama
islam yang bermahzab Syafi’I telah mantap disana selama se abad, oleh karena
itu berdasarkan bukti ini abad ke XIII di anggap sebagai awal masuknya agama
islam ke Indonesia.Daerah yang pertama-pertama dikunjungi ialah :
a. Pesisir Utara pulau Sumatera, yaitu di peureulak Aceh Timur,
kemudian meluas sampai bisa mendirikan kerajaan islam pertama di Samudera
Pasai, Aceh Utara.
b. Pesisir Utara pulau Jawa kemudian meluas ke Maluku yang selama
beberapa abad menjadi pusat kerajaan Hindu yaitu kerajaan Maja Pahit.
Pada permulaan abad ke
XVII dengan masuk islamnya penguasa kerajaan Mataram, yaitu: Sultan Agung maka
kemenangan agama islam hampir meliputi sebagai besar wilayah Indonesia.Sejak
pertengahan abad ke XIX, agama islam di Indonesia secara bertahap mulai
meninggalkan sifat-sifatnya yang Singkretik (mistik). Setelah banyak
orang Indonesia yang mengadakan hubungan dengan Mekkah dengan cara menunaikan
ibadah haji, dan sebagiannya ada yang bermukim bertahun-tahun lamanya.Adapun
tahapan-tahapan “masa” yang dilalui atau pergerakan sebelum kemerdekaan, yakni
:
a.
Pada Masa Kesultanan
Daerah yang
sedikit sekali disentuh oleh kebudayaan Hindu-Budha adalah daerah Aceh,
Minangkabau di Sumatera Barat dan Banten di Jawa. Agama islam secara mendalam
mempengaruhi kehidupan agama, social dan politik penganut-penganutnya sehingga
di daerah-daerah tersebut agama islam itu telah menunjukkan dalam bentuk yang
lebih murni. Dikerajaan tersebut agama islam tertanam kuat sampai Indonesia
merdeka. Salah satu buktinya yaiut banyaknya nama-nama islam dan
peninggalan-peninggalan yang bernilai keIslaman.
Dikerjaan Banjar dengan masuk islamnya raja
banjar. Perkembangan islam selanjutnya tidak begitu sulit, raja menunjukkan
fasilitas dan kemudahan lainnya yang hasilnya membawa kepada kehidupan
masyarakat Banjar yang benar-benar bersendikan islam. Secara konkrit kehidupan
keagamaan di kerajaan Banjar ini diwujudkan dengan adanya Mufti dan Qadhi atas
jasa Muhammad Arsyad Al-Banjari yang ahli dalam bidang Fiqih dan Tasawuf.
Islam di Jawa, pada masa pertumbuhannya diwarnai
kebudayaan jawa, ia banyak memberikan kelonggaran pada sistem kepercayaan yang
dianut agama Hindu-Budha. Hal ini memberikan kemudahan dalam islamisasi atau
paling tidak mengurangi kesulitan-kesulitan. Para wali terutama Wali Songo
sangatlah berjasa dalam pengembangan agama islam di pulau Jawa.
Menurut buku Babad Diponegoro yang dikutip Ruslan
Abdulgani dikabarkan bahwa Prabu Kertawijaya penguasa terakhir kerajaan Mojo
Pahit, setelah mendengar penjelasan Sunan Ampel dan sunan Giri, maksud agam
islam dan agama Budha itu sama, hanya cara beribadahnya yang berbeda. Oleh
karena itu ia tidak melarang rakyatnya untuk memeluk agama baru itu (agama
islam), asalkan dilakukan dengan kesadaran, keyakinan, dan tanpa paksaan atau
pun kekerasan.
b. Pada Masa Penjajahan
Dengan datangnya pedagang-pedagang barat ke
Indonesia yang berbeda watak dengan pedagang-pedagang Arab, Persia, dan India
yang beragama islam, kaum pedagang barat yang beragama Kristen melakukan
misinya dengan kekerasan terutama dagang teknologi persenjataan mereka yang
lebih ungggul daripada persenjataan Indonesia. Tujuan mereka adalah untuk
menaklukkan kerajaan-kerajaan islam di sepanjang pesisir kepulauan nusantara.
Pada mulanya mereka datang ke Indonesia untuk menjalin hubungan dagang, karena
Indonesia kaya dengan rempah-rempah, kemudian mereka ingin memonopoli
perdagangan tersebut.
Waktu itu kolonial belum berani mencampuri masalah
islam, karena mereka belum mengetahui ajaran islam dan bahasa Arab, juga belum
mengetahui sistem social islam. Pada tahun 1808 pemerintah Belanda mengeluarkan
instruksi kepada para bupati agar urusan agama tidak diganggu, dan
pemuka-pemuka agama dibiarkan untuk memutuskan perkara-perkara dibidang perkawinan
dan kewarisan.
Tahun 1820 dibuatlah Statsblaad untuk
mempertegaskan instruksi ini. Dan pada tahun 1867 campur tangan mereka lebih
tampak lagi, dengan adanya instruksi kepada bupati dan wedana, untuk mengawasi
ulama-ulama agar tidak melakukan apapun yang bertentangan dengan peraturan
Gubernur Jendral. Lalu pada tahun 1882, mereka mengatur lembaga peradilan agama
yang dibatasi hanya menangani perkara-perkara perkawinan, kewarisan, perwalian,
dan perwakafan.
Apalagi setelah kedatangan Snouck Hurgronye yang ditugasi
menjadi penasehat urusan Pribumi dan Arab, pemerintahan Belanda lebih berani
membuat kebijaksanaan mengenai masalah islam di Indonesia, karena Snouck
mempunyai pengalaman dalam penelitian lapangan di negeri Arab, Jawa, dan Aceh.
Lalu ia mengemukakan gagasannya yang dikenal dengan politik islamnya. Dengan
politik itu, ia membagi masalah islam dalam tiga kategori :
a)
Bidang agama murni atau ibadah
Pemerintahan kolonial memberikan kemerdekaan kepada umat islam untuk
melaksanakan agamanya sepanjang tidak mengganggu kekuasaan pemerintah Belanda.
b)
Bidang sosial kemasyarakatan
Hukum islam baru bisa diberlakukan apabila tidak bertentangan dengan
adapt kebiasaan.
c)
Bidang politik
Orang islam dilarang membahas hukum islam, baik Al-Qur’an maupun Sunnah
yang menerangkan tentang politik kenegaraan dan ketata negaraan.
c. Masa Penjajahan Belanda
Pada tahun 1755
VOC berhasil menjadi pemegang hegemoni politik pulau jawa dengan perjamjian
Giyanti, krena itu raja jawa kehilangan kekuasaan politikntya.Bahkan,
kewibawaan raja sangat tergantung pada VOC. Campur tangan colonial trehadap
khidupan keratin makin meluas, sehungga ulama-ulama keratin sebagai penasihat
raja-raja tersingkir.Rakyat kehilangan kepimpinannya, sementra pengusaan
colonial sangat menghimpit kehidupan mereka.Eksploitasi hasil bumi rakat untuk
kepentingan pemerintah colonial belanda merajalela, penggusuran dan perampasantanah
milik rakyat untuk kepentingan pemerintaj sangat galakkan. Raja-raja
tradisional jarang membantu rakyat, bahkan setelah mendapatkan gaji mereka
memihak kepada tuannya (belanda).Rakyat ketakutan dan kesulitan menghadapi
penindasan.Ini terjadi sampai abad ke-14. Dalam kondisi ni rakyat mencrai
pemimpin nonformal (para ulama, kyai, atau bangsawan) yang masih memerhatikan
mereka. Pusat kekuatan politik berpindah dari istana ke luar, salah satunya
kepesantren-pesantren yang kemudian menjadi basis perlawanan.
Dalam kondosi
seperti itu rakyat bergabung kepada pemimoin nonformal para kyai, ulama’, dan
bangsawan yang menggalang rakyat untuk melawan dan berjuang atas nam
agama.Terjadilah Perang Padri (1821-1837), dipelopori Imam Binjol dibantu
delapan ulama’ yang bergelar Harimau Nan Salapan, Perang Acewh (1873-1904)
dipimpinpanglima Polim yanmg diduklung poara ulama’, haji dan Muslim Aceh.[4]
Meskipun perang ini kalah, tetapi islam makin berkmbang ke pedalaman dibawah
bimbingan sisa-sisa pemimpin yang menyingkir dari kerajaan Belanda, seperti
sisa-sisa tentara Perang Padri di pedalaman tanah Batak menjadikan sebagian
suku Batak memeluk Islam.
d.
Masa Penjajahan Jepang
Sebagai penjajah,
jepang jauh lebih kejam dari pada Belanda.Jepang merampas semua harta milik
rakyat untuk kepentungan perang, sehingga rakyat matyi kelaparan.Untuk
menymbung hidup, rakyat makan pisang muda atau hatinya batang pisang, sedangkan
untuk baju rakyat memakai goni. Rakyat dicekam ketakutan kepada jepang yang
kempeitei (polisi rahasia)nya terkenal sangat ganas.
Jika pada masa
belanda ada istilah “kerja rodi”, maka dizaman menjadi “romusha”. Jika kerja
rodi masih bekerja (paksa) dikampung sendiri, maka romushadikirim jauh sampai kepedalaman Burma
dan Thailand (Muang Thai) untuk membangun jalur kereta api yang menghubungkan
Birma-Bangkok melalui Konbury.
Islam akan dihapus
dan akan diganti dengan agama Shinto. Oleh karena itu, bahasa dan aksara Arab
dilarang. Walaupun nanti larangan itu dicabut ketika jepang sudah kepepet
hamper kalah. Perintah ber-seikeirei (membungkuk
seperti ruku’ dalam shalat kea rah matahari terbit di Timur kea rah Tenno Heika
karena ia dianggap keturunan Dewa Matahari Amaterasu Omikami – Tuhan jagad raya
yang mengaruniai kepada ras Yamato)
dianggap sebagai suatu paksaan untuk berbuat syirik. Dilihat darui itu
jepang sebenarnya lebih kafir dari pada Belanda, karena belanda masih
tergolonhg kafir kitabi.[5]Jepang mempunyai tujuan
untuk me-Nippo-kan Indonesia. Kalau belanda menjadikan indobnesia Inlander (penduduk kelas dua), jepang ingin
menghilangkan kebangsaan Indonesia menjadi Nippon. Untuk mempercepat usaha itu
segala cara ditempuh, yaitu dengan cara-cara sebagai berikut:[6]
a)
Membersihkan kebudayaan Barat,
kebudayaan Islam diganti drngan kebudayaan jepang.
b)
Mengubah system pendidikan
c)
Membentuk barisan pemuda
d)
Memobilisasi pemimpin Islam
e)
Membentuk organisasi baru. diantaranya
aldalah Shumubu (Departemen Agama
Buatan Jepang) dibentuk maret 1942 M dan Majelis Syuro Muslimin Indonesia
(Masyumi) dibentuk tanggal 24 Oktober 1943 M.
2.
Politik Islam Masa
Kemerdekaan
a. Masa Revolusi
Keadan perang asia timur berkemnbang sangat cepat.
Rusia menyusul mengum umkan perang kepad jkepang, sehingga jepang mengalami
kekalahan demi kekalahan. Pada tanggal 6 agustus 1945 hirosima dibopm. Tanggal m7 agustus 1945
pemerintah jepang membentuk PPKI (panitia oersiapan kemerdekaan Indonesia). Soekarno,
Hatta, dan Dr. Radjiman diundang menemui Marsekal Terauchi di Dalai (Vietnam).
Tanggal 8 agustus 1945 Mansuria diduduki Rusia.Tanggal 9 agustus 1945 Nagasaki
dibom. Dalam pertemuan dengan Terauchi
itu soekarno, hatta, dan Dr. radjiman mendapat jaminan bahwa kemerdekaan
Indonesia tak menjadi maslah lagi, waktumnya terserah mereka. Jepang akan
membantu kapan saja Indonesia siap. Ketika soekarno dan kawan-kawan sampai di
Saigon, mereka mendenagr tentang perkembangan perang, maka hatta menyadari
bahwa kekalahan jepang hanya tinggal mmenunggu waktu.Sekembalinya kje
Indonesia, syahrirmenemui hatta dan mendesdak soekarno untuk mengumumkan
kemerdekaan Indonesia tanpa PPKI yang dibentuk Jepang.Namun usulan syahrir
tidak dapat diterima soekarno.Soekarno-hatta mencari kepastian apakah betul
jepang telah menyerah, laksamana maeda tidak dapat menjawab karena belum ada
intruksi daro Tokyo. Karena itu hatta meminta soebardjo untuki mempersiapkan
rapat PPKI yang akan diadakan tanggal 16
agustus 1945. Tanggal 15 agustus 1945 soebardjo dating kerumah hatta yang
sedang membuat teks proklamasi.Soebardjo dan hatta kemudian pergi kerumah
soekarno, disana ada beberapa pemuda yang memaksa soekarno mengumumkan
kemerdekaan malam itu juga melalui radio. Karena soekarno menolak, Wikana (juru
bicara pemuda) mengancam bahwa darah akan mengalir jika proklamasi tidak
diumumkan, tetapi soekarno tetap menolak.
Ketika Soekarno tetap menolak para pemuda
kecewa, tetapi mereka sadar tanpa Soekarno-hatta mereka tidaj sanggup
melancarkan revolusi.Oleh karena itu, akhirnya Soekarno-hatta diculik.Saat
mereka baru saja selesai makan sahur tanggal 16 agustus 1945, dibawah pimpinan
Soekarno, mereka dibawa ke Rengasdengklok. Di Jakarta, ketidak hadiaran
Soekarno-hatta yang mengundang rapat PPKI menimbulkan kekhawatuiran. Namun,
rupanya barisan peta (pemuda) tidak kompak sehingga yang semula merencanakan
revolusi tidak terjadi.Akhirnya, salah seorang anggota peta menceritakan kepada
soebardjo dan bersedia mengantar Soekarno-hatta ke Jakarta.
Soekarno-hatta diminta menemui Jenderal
Nashimura yang dihadiri laksamana Maeda. Nashimura mengatakan bahwa ia tidak
bertanggung jawab lagi karena panglima yang kalah perang. Oleh karena itu,
akhirnya Soekarno-hatta membuat teks proklamasi yang disetuji oleh PPKI.Pada
subuh jam 3 pagi 17 agustus 1945 teks proklamasi selesai dibuat, jam 10.00
dikumandangkan di Pegangsaan Timur 56.[7]Dengan
dibacakan proklamssi berarti Indonesia merdeka.
b. Masa Mempertahankan Kemerdekaan
Dalam poroses
membentuk dan mempertahankan Negara yang baru dicapai secara revolusi, Masyumi
sebagai satu-satunya partai piltiuk yang berideologi islam pada saat itu
memandang bahwa masyumi harus langsung terelibat dalam jabtan-jabatan kekuasaan
Negara sebagai suatu jalan strategis untuk mewujudkan tujuan-tujuannya. Dengan
cara demikian hokum-hukum Allah ttidak
saja keluar dari ceramah-ceramah alim ulama’ dimimbar-0mimbar masjid saja,
tetapi juga berasal dari pejabat-pejabat pemerintah dan menjadi undang-undang. Untuk
itu selam kehadirannya, masyumi merupakan partai yang terlibat dalam elit
pemerintahan, antara lain dengan membentuk pemerintahan atau berkoalisi dengan
poartai-partai lain, sehungga masyumi turut memainkan peranan dalam menetukan
dasar pooltikj Indonesia.
Masyumi memernkan
politik yang menentukan pada dua kabinet Natsir April 1951, Sukiman
Wiryosendjojo, kedua-duanya menjadi perdana menteri.Pada dua kabinet itu,
Menteri Agama berada idtangan KH.Wahiud Hasyim
(unsure NU dalam Masyumi) sedangkan pada kabinet Wilopo-Prawoto, KH. Fakih Usman
(unsure Muhammadiyah dalam Masyumi). Dalam kabinet Wilopo, Masyumi mendapat
empat kursi dalam pemerintahan.Pada kabinet ke-enam Burhanuddin Harahap,
kembali lagi masyumi menjadi Perdana Menteri.Kabinet ini merupakan kabinet
terakhir sebelum partai ini dibubarkan tahun 1960.Prestasi kabinet ini
menghasilakan Pemilu pertama 1955 dalam sejarah Republik Indonesia, yaitu
membubarkan Uni Indonesia- Belanda.Suatu keberanian yang perlu dicatat, adalah
mengembalikan wibawa pemerintah terhadap Angkatan Darat.[8]
D. Munculnya Kesadaran Baru Pemikiran Islam
Di tengah arus global, di mana agama dituntut untuk mampu
menjawab tantangan zaman, maka
pemikiran rasionalisme menjadi keharusan sejarah dalam mendekonstruksisalah
satu ciri Postmodernisme, yang kembali pada wacana agama, pada setiap wilayah kajian
keagamaan sebagaimana munculnya
pemikiran-pemikiran baru seperti:
1.
Muhammadiyah
Pada 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah yang
bertepatan dengan 18 November 1912di
Yogyakarta berdirilah salah satu organisasi sosial Islam yang terpenting di
Indonesia hingga saat ini, yakni Muhammadiyah.Didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan
atas saran yang diajukan murid-muridnya dan beberapa anggota Boedi Oetomo. Organisasi
ini mempunyai maksud “menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad saw kepada penduduk
bumiputera” dan “memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya”.
Muhammadiyah sangat gencar melakukan amar ma’ruf nahi munkar terutama
memberantas praktek-praktek keagamaan masyarakat saat itu yang menurut
Muhammadiyah penuh penyimpangan.Slogan mereka yang terkenal yaitu memberantas
TBC (tachayul, bid’ah, churafat).
Muhammadiyah juga lahir sebagai reaksi terhadap missi dan
zending yang semakin gencar setelah politik etis. Muhammadiyah lahir sebagai
saingan missi dan zending dengan menggunakan sarana-sarana yang sama seperti
sekolah dan balai-balai kesehatan yang kemudian menjadi rumah sakit
Muhammadiyah.
2.
Nahdatul Ulama
Padatanggal 31 Januari 1926,Kyai Hasyim Asy’ari mendirikan Nahdlatul Ulamabersama dengan tokoh-tokoh
Islam tradisional, didirikanlah organisasi keislaman yang berbasis massa
pesantren dengan pemikiran yang tradisionalis, yang berarti
kebangkitan ulama. Organisasi ini pun berkembang dan banyak anggotanya.
Pengaruh Kyai Hasyim Asy’ari pun semakin besar dengan mendirikan organisasi NU,
bersama teman-temannya. Itu dibuktikan dengan dukungan dari ulama di Jawa
Tengah dan Jawa Timur.
Pada masa itu perkembangan paham keagamaan di dalam negeri
sering timbul pertentangan pendapat antara kaum tradisionalis dengan kaum
modernis Islam. Pada saat kongres Al Islam (IV dan V), yang diselenggarakan di
Yogyakarta dan Bandung untuk mencari input dalam menghadapi kongres Islam di
Makkah, aspirasi kalangan pesantren sama sekali tidak tertampung. Karena materi
usulan yang disampaikan KH.A. Wahab Hasbullah itu tidak masuk dalam agenda
kongres Al-Islam di Indonesia, akhirnya atas prakarsa beliau pula para ulama
pesantren mendirikan “Komite Hijaz”.Komite ini dibentuk bertujuan untuk
menyampaikan aspirasi ulama pesantren kepada penguasa Arab Saudi agar tradisi
bermadzhab tetap diberi kebebasan.Misi komite ini berhasil dan diterima oleh
penguasa Arab Saudi, Ibnu Saud.Setelah berhasil misinya, komite ini hendak
membubarkan diri, namun KH Hasyim Asy’ari mencegahnya, justru menyarankan
momentum ini dijadikan sebagai awal kebangkitan ulama.Maka, atas saran
beliaulah pada tanggal 31 Januari 1926, di Surabaya didirikanlah organisasi
Nahdlatul Ulama (NU).
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Jikalau kita amati perjalanan
Sejarah Islam di Indonesia dari masa ke masa
sejak kedatangan, proses penyebaran sampai zaman tumbuh dan
berkembangnya Kesultanan Kesultanan bahkan mencapai keemasannya terasa telah
terjadinya dinamika histories yang menggembirakan.. Di zaman Keemasan Kesultanan-Kesultanan
di Indonesia sebagaimana telah dicontohkan terutama abad ke-17 M. telah
memberikan warisan sejarah yang gemilang dalam berbagai aspek: Sosial- politik
Sosial-ekonomi-perdagangan, Sosial
–keagamaan dan kebudayaan, ternyata telah memberikan citra yang dapat dibanggakan.
Namun demikian setelah mulai dimasuki pengaruh baik politik,
ekonomi-perdagangan maupun system pemerintahan maka umat Islam mengalami
keresahan yang akibatnya muncul perlawanan atau pemberontakan melwan politik
penjajahan baik melalui gerakan politik mapun gerakan keagamaan dan gerakan
pendidikan. Namun upaya perjuangan masyarakat Musilm di bawah pimpinan para
ulama itu mengalami kegagalan akibat berbagai factor antara lain: perselisihan
internal yang kemudian dimasuki politik divide et empera, pemisahan persatuan
antara ulama dan umara, antara perjuangan dari satu daerah dengan daerah
lainnya belum ada persatuan, pendidikan masyarakat yang dengan sengaja oleh
pokitik Belanda dibedakan terutama menuju sekulerasmi dengan pengawasan ketat
terhadap pendidikan non-pemerintah yang berlandaskan keagamaan dsb.
Demikian secara garis besar nasib umat Islam di Indonesia selama
penjajahan dan bagaimana seharusnya untuk masa kini dan mendatang untuk
menumbuhkan citra kejayaan Islam kita Indonesia, mungkin perlu diusahakan:
1) Terpeliharana
uhuwah Islamiah di kalangan umat Islam Indonesia khususnya
dan umat Islam
di dunia pada umumnya;
2) Melakukan serta meningkatkan kehidupan
keagamaan bagi kehidupan dan ke-
sejahteraan
dunia dan akhirat dengan berpedoman kepada isi dan maknanya
Al-Qur’an dan Hadis serta ajaran-ajaran
dalam Syari’ah;
3) Memperjuangkan keadilan serta menegakkaanya
untuk mencapak ketertiban,
keamanan,
kenyamanan serta kebahagiaan umat Islam;
4) Mengupayakan kemajuan dalam pendidikan keagaamaan
baik formal maupun
Non-formal demi
kecerdasan umatnya serta ketakwaannya kepada Allah SWT.
5) Memajukan
bidang seni-budaya Islami melalui berbagai kegiatan di kalangan
anak-anak,
remaja serta dewasa umat Muslim.
Demikianmasalah
serta pokok-pokok berkenaan dengan thema
yang telah kamikemukakan di atas. Semoga bermanfaat bagi kita semua dan
terimakasih atas segala perhatian Bapak-Bapak, Ibu-Ibu serta Saudara-Saudara.Wa
billahi taufik wal hidayah, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
[1] A.
Hasymy, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, (Bandung:Al-Ma’arif,
1981), hlm.358.
[2] Taufik
Abdullah, (Ed.), Sejarah Umat Islam Indonesia, (Majelis Ulama Indonesia,
1991), hlm. 39.
[3]Taufik
Abdullah, (Ed.), Sejarah Umat Islam …., hlm.118.
[4]Ibid.,hlm. 139.
[5]
Nourouzzaman Siddiqi, Menguak Sejarah
Muslim, Suatu Kritik Metodologis, (Yogyakarta:PLP2M, 1984), hlm.124.
[6]Musyrifah Sunanto,
Sejarah Peradaban Islam Indonesia,(Jakarta: Rajawali pers, 2010), hlm.39.
[7]Taufik
Abdullah, (Ed.), Sejarah Umat Islam …., hlm.306.
[8] Ahmad
Syafi’I Ma’arif, Islam Dan Politik Indonesia, Teori Belah Bambu Masa
Demokrasi Terpimpin (1959-1965), (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1988),
hlm.38-39.
ayo kunjungi website link alternatif bandungtoto , klik gabung sekarang untuk mendapatkan bonus new member tanpa batas! banyak bonus mingguan juga loh
BalasHapus